Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Penyebab Tahun Baru Islam Disambut Sepi?

20 Agustus 2020   17:00 Diperbarui: 20 Agustus 2020   17:21 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun Baru Hijriah (1442 H)  atau tahun baru Islam 2020 peringatannya di tanah air tak seperti Tahun Baru Mashi, yang diwarnai kemeriahan seperti membakar petasan, kembang api, bakar jagung dan ikan bakar di sejumlah pemukiman warga.

Sepi. Itulah kesan yang dapat kita saksikan.

Kala penulis bertugas di Merkkah, Arab Saudi, beberapa tahun silam, pergantian tahun baru Islam sangat berbeda jauh jika dibandingkan pergantian tahun baru Masehi. Warga setempat, sejatinya, tahu saat itu merupakan pergantian tahun baru pada kalender Islam. Lagi-lagi, kita saksikan, tak ada sambutan meriah untuk mengungkapkan rasa syukur.

Sepi. Itulah kesan penulis ketika berada di kota suci Mekkah.

Di Kampung Ceger, Jakarta Timur, pada Rabu malam, bertepatan dengan pergeseran waktu perhitungan masuknya bulan Muharam, yang didasari pada perhitungan bulan itu, seusai shalat magrib terdengar beberapa kali suara letusan petasan. Tapi, itu tak terlalu lama, karena menjelang shalat Isya, kembali sepi dan sepi.

Keluarga besar almarhum Bang Jamal juga ikut baca doa akhir dan awal 1442 H. Foto | Dokpri
Keluarga besar almarhum Bang Jamal juga ikut baca doa akhir dan awal 1442 H. Foto | Dokpri
Di kediaman penulis, seusai shalat magrib, imam masjid mengajak umat setempat untuk bersama-sama membaca doa akhir tahun dan awal tahun. Pembacaan doa berlangsung sebentar.

Kala doa dipanjatkan, beberapa orang jemaah masjid nampak tergesa-gesa beranjak dari masjid. Mereka tak mau ikut berdoa, apa lagi mengamini sang imam membaca doa awal dan akhir tahun hijrah itu.

Sepertinya tak suka ada pembacaan doa seperti itu. Namun sang imam masjid tak terpengaruh, doa tetap berlanjut dibacakan. Lalu disusul bacaan zikir rutin seperti biasa seusai shalat magrib.

Penulis mencari tahu alasan beberapa orang meninggalkan masjid tergesa-gesa begitu diajak untuk berdoa awal dan akhir tahun hijriyah itu. Usut punya usut, ya tadi seperti juga di sebagain warga Mekkah, mereka menolak ikut bacaan itu lantaran mereka menganut paham Wahabi.

Lagi, penulis tak ingin membahas paham tersebut. Yang jelas, kini Wahabi oleh sebagian orang dipahami sebagai aliran dalam Islam yang berawal dari pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Pemikiran tokoh ini sudah lama jadi kontroversial dan menimbulkan kritikan hingga bahkan hujatan dari banyak orang.

Pandangan Ibnu Abdul Wahab adalah kebangkitan agama melalui pemulihan Islam ke bentuk "aslinya".

Ssetiap orang harus menyembah satu Tuhan persis seperti yang diperintahkan dalam Kitab Suci. Orang harus hidup persis seperti kaum yang awal di Madinah pada zaman Rasulullah SAW dan siapa saja yang menghalangi pemulihan umat suci dan asli itu harus dibinasakan.

Tentu saja, di Mekkah, toh tak ada peringatan tahun baru. Kalau itu diperingati, termasuk membaca doa, bisa jadi dianggapnya sebagai perbuatan bid'ah.

Nah, lantaran disebut bid'ah inilah lalu penulis mencari tahu tentang kata bid'ah. Bid'ah -- dalam kamus istilah keagamaan terbitan Puslitbang Lektur dan Khasanah Keagamaan, Badang Litbang dan Diklat Kementerian Agama -- ditulis bidah yang artinya perkara baru, baik dalam soal keagamaan maupun kegiatan sosial keagamaan lainnya, yang belum pernah dilkukan pada zaman Rasulullah saw.

Ada bid'ah hasanah, yaitu perkara baru yang tidak bertentangan dengan dalil-dalil keagamaan. Ada bid'ah saiah artinya perkara baru yang bertentangan dengan dalil-dalil keagamaan.

Penulis tak ingin terlibat jauh dalam pembahasan bid'ah ini. Biarlah nanti itu jadi urusan Majelis Ulama Indonesia dan Kementerian Agama, apakah merayakan tahun baru Islam itu sebagai perbuatan sia-sia sehingga dianggap tak penting dan bahkan tak perlu membaca doa akhir dan doa tahun baru Islam.

Realitasnya, penulis saksikan di media sosial, banyak di antara warga Muslim menyampaikan ucapan selamat tahun baru 1442 H. Ucapan itu juga penulis lihat di Grup WhatsApp (Grup WA).

**

Pergantian tahun baru Islam, disebut tahun Hijrah, berawal dari perjalanan Nabi Muhammad Saw pada hari Senin, tanggal 1 Rabi'al-Awwal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan 16 September 662 M. Rasulullah Saw bertolak ditemani Abu Bakar ra. Hijrah Nabi Saw bertolak  dari  Gua Tsaur, Mekkah, dan tiba di Madinah pada 8 Rabi'al Awwal 1 H/23 September 622 M.

Rombongan tiba dan disambut hangat warga setempat. Penduduk Madinah yang mendengar tibanya Nabi di Quba berdatangan menyambut.

Banyak kisah menarik dari tahun pertama hijrah tersebut. Tentu, bisa panjang jika dipaparkan. Namun ada satu hal penting, bahwa ketika Nabi Saw tiba di Madinah yang menyambut itu bukan hanya penduduk lokal, juga penduduk dari daerah lain. Ada dari kelompok beragama nasrani, yahudi dan suku-suku lain namun semuanya menyambu kedatangan Nabi Muhammad Saw.

Guna mewujudkan tujuan dakwah, Rasulullah Saw memandang bahwa kedamaian dan keamanan harus diwujudkan dengan menyingkirkan rasa takut dan sedih. Karenanya, kerukunan antarumat bagi seluruh anggota masyarakat di kota tersebut penting direalisasikan. Dan, dari sinilah dirumuskan apa yang kemudian dikenal sebagai Piagam Madinah.

Jika di zaman modern ini pemerintah sibuk membangun infrastruktur untuk kesejahteraan rakyatnya, maka di era itu Rasulullah Saw membangun pasar sebagai sumber kekuatan ekonomi. Rasulullah sadar bahwa orang Yahudi sangat berperan dan lihai dalam bidang ini. Sayangnya, mereka sering melanggar etika berbisnin. Nah, karenanya, pembangunan masjid pun digiatkan dengan fungsi selain sebagai tempat ibadah juga fungsi lain seperti kegiatan sosial, ekonomi dan keamanan.

Ustaz H. Badrun tengah memimpin doa. Foto | Dokpri
Ustaz H. Badrun tengah memimpin doa. Foto | Dokpri
**

Peringatan 1 Muharam sejatinya tak hanya membawa pesan hijrah, perpindahan fisik seseorang dari satu tempat (kota) ke tempat lain. Lebih dari itu, yaitu perubahan dari upaya menghindari diri dari keburukan (di kota Mekkah) ke Madinah untuk memperbaiki ahlak manusia.

Secara fisik, hijrah yang dilakukan Nabi Saw sungguh berat. Selain harus berupaya membebaskan diri dari tekanan warga Mekkah yang hendak membunuhnya, juga membawa umat untuk berubah  ke kehidupan yang jauh lebih baik.

Syukurlah, pada Rabu malam (19/8) kemarin, bersama warga dari lingkungan kediaman penulis, dengan penuh keikhlasan, dilakukan pembacaan doa akhir dan awal tahun 1442 H. Doa dipimpin Ustaz H. Badrun dan berlangsung khidmat.

Momentum pembacaan doa tersebut bertepatan dengan peringatan 40 hari dari wafatnya rekan, sahabat, tetangga penulis. Yaitu Abang Jamalludin bin H. Kinan sekaligus haul setahun wafatnya H. Chaidir Buki bin H Buchari, Hj. Syofni binti Buyung. Acara tersebut didahului pembacaan surat Yasin dan tahlil.

Meski pembacaan doa tersebut di sebagian umat Muslim masih disikapi dan disambut "sepi", sejatinya doa sangat penting lantaran memiliki kekuatan paling dahsyat.   

Mengapa?

Ya, lantaran manusia tidak melulu kebutuhan jasmaninya saja harus terpenuhi, tapi juga rohani. Kedua kebutuhan tersebut penting dipenuhi secara seimbang. Salah satu kebutuhan rohani bagi manusia adalah berupa doa. Sebab, manusia punya keterbatasan.

Tahun Baru Islam 2020 sayogianya juga harus dimaknai sebagai tonggak menghapus luka yang dialami bangsa ini akibat perbedaan. Perbedaan adalah sunatullah. Dan, bertepata dengan HUT RI k-75, kita juga sepatutnya merenungkan kerukunan yang dibangun dan dicontohkan Rasulullah Saw.

Di kota Madinah, berbagai kelompok (berbeda dan bermusuhan) diikat dengan perjanjian yang dikenal Piagam Madinah. Lantas, mengapa sampai hari ini masih ada pihak mengobarkan permusuhan di tengah anak negeri sibuk berbenah dan memotong mata rantai penyebaran pandemi  Covid-19.

Salam berbagi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun