Kita pun dalam suatu unjuk rasa sering mendengarkan teriakan "Allahuakbar, Bubar, Kafir".
Ketika laskar Solo melalukan penyerangan ke kediaman seorang habib, ada yang berteriak "Syiah bukan Islam, Syiah musuh Islam, darah kalian halal, Bunuh" dan lain sebagainya.
Sudah tentu, jika yang massa tengah beringas, tindakannya disertai penyerangan dan pengerusakan. Sejumlah mobil, seperti yang diakui Kapolresta Solo Kombes Andi Rifai melalui Kapolsek Pasar Kliwon Iptu Adhis Dhani, dirusaknya.
**
Hingga kini, Majelis Ulama Indonesia dan majelis agama-agama, belum pernah mengeluarkan kesepakatan tentang darah manusia mana saja yang dianggap halal dan haram.
Andai saja orang kafir, seperti yang disebut para pengunjuk rasa (laskar Solo), Â disematkan kepada orang di luar keyakinannya, sungguh terlalu. Dikiranya, Indonesia yang diproklamirkan pada 75 tahun silam itu, kini menjadi miliknya semata.
Pertanyaannya, jika tak sudi dengan syiah hadir di negeri yang majemuk ini, mengapa mereka (kelompok laskar Solo itu) tidak memerangi syiah ke Iran atau negara lain di Timur Tengah? Â
Seperti sudah jadi agenda tahunan, kala Pilkada dan Pilpres bangsa ini disibukan dengan perbedaan yang sejatinya sudah menjadi sunatullah, namun "digoreng" dengan instrumen agama. Maka pencuatlah ke permukaan persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Â
Kita hadir di bumi Pertiwi ini bukan atas kehendak pilihan sendiri. Tidak minta dilahirkan di negeri kaya atau miskin, tapi sudah kehendak Ilahi. Kita pun tidak minta dilahirkan dari seorang ibu berwarna kulit putih atau hitam, tapi sudah ditentukan Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Lantas, mengapa harus mengatakan kepada sesama anak bangsa bahwa darahmu halal dan darahku haram?