Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandangan Awam tentang Universitas Online Indonesia

7 Juni 2020   14:37 Diperbarui: 7 Juni 2020   14:44 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang mahasiswa dari salah satu universitas di Jakarta tengah belajar memanfaatkan IT secara rutin. Foto | Dokpri

Awalnya bingung mendapat ajakan untuk ikut zoom meeting yang mengangkat topik Universitas Online Indonesia (UOI) dari seorang kompasianer Almizan. 

Mau dijawab ikut serta, muncul keraguan. Sebab, penulis tergolong orang jadul -- jaman dulu amat -- dan gegap teknologi. Lantas, jika tidak ikut, berarti hilang kesempatan untuk memahami kemajuan zaman.

Akhirnya ajakan berupa undangan tersebut dijawab dengan sebutan Insya Allah. Namun beberapa hari berikutnya muncul kebimbangan lagi, ikut atau tidak. Jika tidak, maka diri ini akan terkena dosa lantaran sudah berjanji atas nama Tuhan. Jika tak ada halangan akan hadir, namun senyatanya memang tak ada halangan dan akhirnya, ya ikut hadir. Perhelatan itu digelar pada Sabtu (6/6/2020) Pukul 16.00 WIB dan berlangsung seru.

Sungguh, seusai ikut acara itu, penulis ingin menyampaikan rasa bangga kepada Akang Almizan, pensiunan karyawan Kementerian Keuangan ini. 

Pasalnya, meski penulis tak aktif dalam meeting zoom itu, - lantaran sempitnya waktu dan lebih banyak memberi kesempatan para ahlinya bicara, - dapat disaksikan munculnya suatu gagasan mulia dan pentingnya mengenai pendirian UOI.

Kang Almizan tampil sebagai narasumber dan memaparkan plus dan minusnya berikut tantangan yang dihadapi UOI. Tak perlu rasanya diulang isi paparan tersebut, namun ada beberapa poin penting yang perlu publik pahami.

Antara lain, universitas yang mengandalkan keunggulan tekonologi informasi itu perlu didorong dan bila perlu dipercepat pendiriannya. Sebab, momentumnya sungguh tepat saat ini.

Mengapa?

Di tengah pandemi Covid-19, kini banyak orang tengah membuka matanya lebar-lebar betapa pentingnya penggunaan gawai dan seluruh perangkat komputer untuk mendukung tugas kerja di kediaman (rumah).

Lebih dari itu, dunia pendidikan kini - mulai sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas, termasuk perguruan tinggi - seolah "dipaksa" menggunakan teknologi informasi. Andai saja kemajuan teknologi diabaikan, boleh jadi banyak kediaman warga di berbagai kota bagai "kuburan".

Penulis mendapati selama pandemi corona, banyak orangtua tergaget-kaget. Alasannya, pertama, orangtua tidak "familiar" dengan gawai, tak bisa membantu putera-puterinya menyelasaikan tugas (PR) yang diberikan guru kepada anak muridnya. Muaranya, akhirnya sang orangtua banyak bertanya kepada tetangga terdekat.

Alasan kedua, banyak orangtua tidak memahami materi pelajaran putera-puterinya. Ketika dimintai bantuan putera-puterinya, orangtua menggelengkan kepala. Akhirnya, orangtua angkat telepon genggam dan menghubungi rekan-rekannya untuk membantu putera-puterinya.

Peristiwa di atas memberi gambaran bahwa kemajuan teknologi untuk membantu pendidikan tak bisa diabaikan begitu saja. Belajar tak melulu harus saling berhadapan, bisa melalui zoom meeting, misalnya.

Lagi pula, belajar melalui online kini tak bisa diabaikan begitu saja. Dewasa ini saja banyak orang belajar berbagai materi lewan online berbayar. Misalnya, untuk mendapatkan pemahaan tentang kepemimpinan, belajar mengelola bisnis warung kopi, sudah ada programnya berupa paket dan tinggal bayar melalui online pula.

Jadi, ke depan, hadirnya sebuah universitas online menjadi sebuah pilihan terbaik. Terbaik dari sisi keuangan lantaran lebih murah, mahasiswa tetap dapat aktif berkomunikasi dengan sang dosen, dan menerima materi kuliah dan tugas seperti halnya yang berlaku pada universitas yang kita kenal selama ini.

**

Dalam pertemuan itu, muncul pendapat dari para pakar agar sebelum melangkah lebih jauh, pihak penggegas perlu mendengarkan dan memahami pemikiran pakar pendidikan dari Universitas Terbuka (UT) yang sudah lama berjalan di negeri ini.

Kelebihan dan kekurangan yang ada pada UT penting dipahami sebagai bahan untuk menyempurnakan materi perkuliahan pada UOI mendatang.

Di penghujung diskusi, muncul pemikiran baru dari Bapak Febrianov, seorang kompasianer yang belakangan ini mengurangi aktivitasnya dalam dunia tulis menulis. Di situ dipertanyakan, mungkinkah UOI bisa menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kita tahu bahwa esensi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Kepada Masyarakat.   Semua elemen yang terdapat di Perguruan Tinggi terlibat.

Tentang ini, selama berlangsung pertemuan, tak disinggungnya. Padahal, pendidikan itu tak melulu cuma menghasilkan orang pandai, tetapi juga memiliki integritas kepada masyarakat sekelilingnya.

Hal yang disampaikan Pebrianov itu memang patut dijadikan bahan bagaimana UOI ke depan tak meninggalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Meski begitu, kita pun tak bisa mengabaikan saran Bapak Bimo Sansongko, seorang pakar pendidikan bahwa UOI harus didorong untuk segera berdiri. Ini penting, jangan sampai kehilangan momentumnya.

Salam sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun