Di bulan suci Ramadan dan di tengah pandemi Cornona, sungguh terlalu Bang Mamat baru bisa membedakan antara guru mengaji dan silat.
Kalau bukan lantaran isterinya, Soadah, yang getol nyap-nyap melarang suaminya keluyuran di malam hari saat pandemi Corona, bisa jadi Bang Mamat enggak paham siapa sesungguhnya guru ngaji sejati dan guru silat.
Bang Mamat memang banyak belajar ngaji dan main silat di berbagai perguruan. Permainan silatnya boleh dibilang membanggakan. Premen pasar yang mengaku juawara sudah dapat dijatuhkan dengan sekali gebrakan.
Tapi belakangan ini justru Bang Mamat dibenci rekan-rekan seperguruan yang berhasil dikalahkan ketika tampil di forum latihan bersama.
Bahkan salah satu guru silatnya pun, akhir-akhir ini merasa khawatir Mamat jadi “besar kepala” karena ilmu silatnya makin terlihat sempurna. Mamat memang tak belajar silat dari satu perguruan saja, tetapi juga dari perguruan lain.
Seperti di perguruan Angin Puting Beliung, ia belajar silat sekaligus pula belajar ngaji dari sang gurunya. Ya, ngaji seperti juga kebanyakan orang Betawi dengan sang ustaz yang merangkap sebagai guru silat.
Tapi, ada di antaranya guru silat tak bisa mengajar ngaji. Pandainya, ya main silat. Kata orang Betawi, sang guru itu sudah seperti preman. Bisanya cuma main pukulan.
“Itu, tuh cantohnya si Jabrik. Pandai silat tapi sering godain janda kampung sebelah,” ucap Saodah.
Nah, di sini Bang Mamat diminta oleh sang isteri tercinta untuk membedakan mana guru silat sejati dan guru silat “sepuan”. Maksud guru silat sepuan, ia pandai main pukulan semata tetapi tidak menanamkan akhlak mulia kepada para muridnya.
“Abang, kudu bisa membedain, enggak?” tanya Saodah dalam dialek Betawi makin mendok. Saat itu pasangan suami isteri ini tengah ngobrol santai dalam sambil menanti suara azan magrib sebagai tanda buka puasa.
Bang Mamat tak memberi jawab tegas. Ia hanya menggelengkan kepala.