Saat Ramadan, kesibukan isteri di dapur luar biasa. Kesibukan itu, pada Ramadan 2020 ini, sebetulnya sudah dirasakan sejak pemberlakukan pembatasan sosial bersekala besar atau PSBB. Dampak virus corona atau Covid-19 memang sungguh luar biasa hingga denyutnya dirasakan sampai ke dapur.
Saat diberlakukan PSBB, penulis banyak menyaksikan kesibukan para ibu rumah tangga meningkat. Mulai menyiapkan makanan bergizi dan berkualitas bagi anggota keluarga, hingga mengolah jamu tradisional banyak dikerjakan para ibu.
Sungguh luar biasa. Dan, pada saat Ramadan ini, kesibukan para ibu di dapur bukan menyusut. Justru makin super sibuk. Kalau dulu peralatan memasak seperti oven, cetakan telur dadar hingga panggang ikan jarang terlihat di atas meja cuci piring, sekarang lebih banyak digunakan.
Resep makanan beragam dicoba. Suara blender di dapur meraung. Lapar Mata saat Ramadan makin terasa. Wuih, penulis juga ikut terkena dampaknya. Badan jadi tambah gemuk lantaran terkena hukum wajib untuk mencoba beragam makanan yang dibuat nyonya besar.
Makan enak hidup pun nyaman. Agar kegembiraan itu tak dirasakan seorang diri, sesekali makanan yang dibuat isteri dibagikan kepada para tetangga. Â Dan, yang menggembirakan lagi, tetangga pun sesekali diajak makan bersama.
Kita tahu, ibadah pada bulan suci itu tak hanya melaksanakan shalat lima waktu sebagaimana yang dilakukan pada 11 bulan di luar Ramadan. Untuk ibadah Ramadan selain puasa juga ada ibadah lainnya seperti ibadah sosial, menyantuni orang miskin, juga ibadah yang berhubungan langsung dengan Yang Mahakuasa, Allah.
Ibadah yang dimaksud itu di antaranya selain puasa, juga ibadah tarawih dan memperbanyak bacaan ayat Alquran. Untuk membaca Alquran dan memahami kandungannya ternyata butuh waktu lama, karena kita harus membaca juga arti dan tafsirnya.
Jadi, membaca Alquran tak sekedar membaca dengan suara merdu sesuai kaidan tajwid. Juga disusul bacaan tafsir sehingga memperoleh pemahaman yang komprehensif.
Membaca Alquran itu tak melulu dilaksanakan seusai shalat lima waktu, juga dapat dilakukan pada waktu senggang di siang hari atau malam hari.
Sementara ibadah lain, seperti tarawih dan witirnya tetap dapat dilaksanakan bersama anggota keluarga di rumah.
Wiuh, terasa mengharukan.
**
Tentu saja semua ibadah yang disebutkan tadi diperlukan pembagian waktu yang cermat. Isteri sebagai ujung tombak pengaturan pemenuhan kebutuhan "kampung tengah" alias perut, juga perlu istirahat. Anggota keluarga juga perlu bersantai.
Karenanya, ketika isteri menyebut menu makan sahur dengan rendang, penulis merasa gembira.
"Enggak bosan kalau tiap sahur dengan rendang?" tanyanya.
Penulis menjawab merasa senang. Padahal dalam hati lebih dari rasa senang lagi karena jenis makanan yang berasal dari Sumatera Barat itu sudah lama menjadi kegemaran penulis.
Mengapa rendang disiapkan untuk sahur dan menu makanan itu selalu disiapkan. Alasannya, sederhana. Yaitu, untuk menjaga-jaga karena sahur waktunya yang sangat pendek dan bisa membuat kita kepepet. Akibatnya, kita tak dapat menyiapkan makanan dengan cepat. Jadi, menyuguhkan rendang secara cepat sudah pasti dapat dilakukan. Hanya tinggal menghangatkan saja, kok.
Apa lagi kalau anggota keluarga bangunnya terlambat. Kelabakan. Ya, kita harus berjaga-jaga. Selain itu, ini yang penting, ibadah wajib dapat dilaksanakan dengan baik selama Ramadan.
Salam berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H