"Ada apa dengan kifayah?" tanya seorang rekan.
"Kifayah... si kifayah," ujar Dogol dengan suara gegap.
Keponakan Dogol, Yonita, datang ke ruang tamu. Ia mendekat sambil menyodorkan air hangat untuk diminum.
"Biasa, Om kalau marah atau sedih, gegapnya kumat," ujar Yonita sambil melengos meninggalkan ruang tamu.
**
Apa yang dimaksud kifayah baru terungkap setelah Dogol menyebut-nyebut Ain sebagai teman dan saudara kembarnya kifayah.
"Ain temannya kifayah," Dogol membenarkan maksudnya setelah dirinya merasa tenang. Lalu, penulis menduga-duga, ah Dogol tengah Melucui Pandemi Covid-19.
Lalu ia mengulang cerita bahwa Ain dan kifayah itu saudara kembar. Pak ustaz di masjid sering menyebut, jika si kifayah disebut dapat dipastikan Ain mengikutinya. Seperti huruf alif dan ba hingga seterusnya sampai hamzah.
"Lalu, apa yang membuat sedih?" tanya anggota jemaah serentak.
Jelas sedih. Bayangkan, petugas kesehatan yang bekerja serius ikut menangani pencegahan meluasnya virus Corona ketika wafat, jenazahnya ditolak untuk dimakamkan di kampung halamannya.
Kalau janazah bersangkutan tak diurus, kita, semua orang kampung itu ikut berdosa. Alhamdulillah, para petugas dari rumah sakit setempat punya daya juang besar untuk memakamkannya. Sehingga, kita ini, semua orang kampung itu, terhindar dari dosa.