Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mbak Susy Sebut, Covid-19 Punya Rentetan Lain

6 April 2020   09:30 Diperbarui: 6 April 2020   17:02 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terminal kampung rambutan pun sepi. Foto | Dokpri

Pengobatan tradisional di negeri itu, oleh berbagai kalangan, sudah dikenal sangat maju. Jadi, jika di negeri itu cacing – yang dikeringkan - saja dijadikan obat, ramuan akar-akaran dijadikan obat,  hal itu sudah biasa sehingga diyakini menguatkan tubuh. Virus, katanya sambil bergurau, tidak akan mudah mampir kepada orang yang tubuhnya bagus. Sehat dan punya kekebalan tubuh bagus.

Coba perhatikan, bukankah sekarang yang wafat akibat Covid-19 kebanyakan orang usia lanjut (lansia) 60 tahun ke atas.  Nah, karenanya, ia sepakat dengan para ahli dari Universitas Airlangga Surabaya, yang menganjurkan warga mengonsumsi empon-empon.

Kalau China saja bisa mengatasi virus Corona, mengapa kita yang memiliki sumber daya alam dan ramuan melimpah tidak dimanfaatkan untuk membendung merebaknya Covid-19.

Juga pasar Kramat Jati sepi pembeli. Foto | Dokpri
Juga pasar Kramat Jati sepi pembeli. Foto | Dokpri
**

Hehehe, obrolan Covid-19 tak sampai di situ. Kala kita tertawa,  salah seorang anggota mengingatkan untuk menjauh. Katanya, jaga jarak fisik, ya?

Dalam suasana hangat itu, ya yang ditunggu penulis akhirnya muncul. Yaitu, segelas kopi hanyat. Nyaman diseruput kala udara Jakarta mulai mendung.

Dalam obrolan itu, kita punya pemahaman yang sama berkaitan dengan dampak Covid-19. Bukan hanya seluruh pemangku kepentingan diimbau terus untuk melakukan sosialisasi dampak buruk dari virus tersebut, juga pentingnya semua warga untuk tetap berada di kediaman masing-masing. Itu adalah langkah terbaik untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.

Namun yang perlu diwaspadai dari dampak itu adalah munculnya rentetan lain, seperti melorotnya penghasilan warga. Kala Jakarta bergeliat dengan aktivitas ekonominya,  siang dan malam warganya berjibaku mencari uang. Tapi, sekarang tidak lagi aktif seperti dulu. Orang menyebutnya Jakarta sedang “sakit”. Karenanya banyak warganya pulang kampung (mudik).

Nah, bagi warga pendatang yang bertahan hidup dan tinggal di kediamannya di Jakarta, tentu mereka ini akan menghadapi kejenuhan. Bagi yang ekonominya “mapan”, ya tak persoalan. Tapi bagi orang yang penghasilannya sehari-hari “hari itu untuk hari itu”, ya harus berupaya menghidupi diri sendiri dengan caranya sendiri pula.

Ini mungkin bisa mendorong seseorang mencari nafkah dengan cara yang haram. Karena itu, bila pemangku kepentingan terkait – dalam hal ini pemerintah setempat – perlu mengucurkan bantuan sosial. Harapannya, kriminalitas sebagai dampak Covid-19 dapat dicegah.

Kita bersyukur sudah banyak dermawan mengucurkan bantuan kepada orang mampu. Ini perlu diapresiasi dan terus disemangati jiwa gotong royong yang sudah terbangun itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun