Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mbak Susy Sebut, Covid-19 Punya Rentetan Lain

6 April 2020   09:30 Diperbarui: 6 April 2020   17:02 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah korban meninggal dunia akibat wabah yang terjadi di benua Eropa ini mencapai 100.000 orang.  Penularan penyakit Pes melalui lalat yang terinfeksi virus kemudian menularkannya ke manusia.

Lalu pandemi Kolera (1820).Pendemi ini dengan nama Kolera Asiatik yang terjadi untuk pertama kalinya di benua Asia. Lalu, ada lagi flu Spanyol yang terjadi pada 1920. Penyebanya  akibat dari adanya mutasi genetik virus influenza hingga berubah menjadi virus yang sangat berbahaya.

Dan, kini Covid-19 (2020).  Berawal dari virus corona atau Covid-19 yang muncul di kota Wuhan, Hubei, China pada Desember 2019 dan terus menyebar keluar kota hingga ke seluruh dunia.

Hingga Senin (6/4/2020) dari 32 provinsi tercatat 2.273 kasus, 1.911 dirawat, 198 meninggal dan 164 sembuh.

Kasus COVID-19 tersebar di 32 provinsi. Provinsi DKI Jakarta memuat kasus paling banyak, yakni 1.124 kasus positif COVID-19, diikuti Jawa Barat dengan 252 kasus, dan Jawa Timur dengan 188 kasus.

Sebelum Covid-19, ada peristiwa yang tak kalah menghebohkan. Yaitu SARS (SARS-CoV). Badan kesehatan dunia (WHO) mengungkap kemungkinan penyakit ini berkembang dari reservoir hewan seperti kelelawar, lantas menyebar ke hewan lain misalnya kucing atau musang, kemudian bertransmisi ke manusia.

Transmisi SARS-CoV antar manusia meluas.Virus dari penyakit ini menyebar layaknya virus influenza, melewati bersin, batuk, atau kontak langsung. Penyebaran juga cepat, di tahun 2003 epidemi SARS meluas hingga ke 26 negara dengan jumlah terlapor lebih dari 8.000 kasus.

**

Sebelum obrolan melebar lebih jauh, diingatkan bahwa kita harus membedakan mana virus dan mana bakteri yang keduanya sama-sama memiliki daya rusak luar biasa bagi tubuh manusia.

Bedanya, jika bakteri ini mudah dikenali melalui alat pembesar dan mudah dibiakkan hingga dapat dibuatkan obatnya. Sedangkan virus, tak bisa dibiakan. Bisa dilihat melalui dukungan alat pembesar, ya bisa. Tetapi jangan diharap dapat membuat obatnya, apa lagi dapat membeli di pasaran. Sepengetahuan si mbak dan para praktisi kesehatan, hingga kini belum dijumpai obat virus untuk virus A hingga B, misalnya.

Yang ada, ya obat penguat ketahanan tubuh bagi seseorang. Di China sekalipun, hingga kini tak pernah dipopulerkan obat anu adalah untuk membunuh virus Covid-19, misalnya. Kebetulan sekali di negeri tirai bambu, warganya sudah terbiasa mengonsumsi obat tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun