Shalat Dzuhur (zuhur) berjamaah baru saja dilaksanakan. Ekspresi anggota jemaah terlihat ada yang kecewa, ada yang bersikap biasanya saja, namun ada di antaranya yang ngedumel sambil berjalan meninggalkan masjid dengan tangan menenteng sajadah.
Nampak beberapa anggota jemaah melampiaskan kekecewaan. Mereka menyopot lembaran kertas yang ditempel di dinding luar masjid. Dengan cepat mereka kemudian menyobek lembaran pengumuman berisi pesan shalat Jumat ditiadakan di rumah ibadah itu.
Pada Jumat pagi, seusai shalat Subuh, pak ustaz sudah mengumumkan bahwa di masjid At Taubah, sebuah masjid mungil di pinggiran Jakarta, itu tak melaksakan shalat Jumat. Alasannya, tentu jemaah sudah memahami kondisi terakhir di Jakarta. Pertambahan korban virus Corona (Covid-19) terus menunjukan angka mencemaskan.
“Kita tak mengadakan shalat Jumat. Jika ada yang mau datang, dipersilahkan dan bisa melaksanakan shalat Zuhur berjamaah sebagai pengganti shalat itu,” ungkap ungkap Ustaz H. Dudung Abdurrahman.
**
Pelaksanaan Dzuhur berjamaah berbeda dengan shalat berjamaah sebelumnya. Paling menonjol perbedaannya adalah anggota jemaah berdiri satu sama lain dengan jarak berjauhan. Ya sekitar 40 hingga 50 Cm jaraknya. Tidak seperti shalat jemaah umumnya, yaitu selain shaf rapi dan berdiri rapat.
“Itu jarak aman yang bisa dilakukan,” ungkap seorang anggota jemaah.
Hal itu dilakukan untuk menghindari kontak pisik, atau yang lebih populer disebut physical distancing, dengan tujuan memutus mata rantau virus Corona.
Ya, namanya saja shalat Dzuhur berjamaah. Tak ada khutbah, tak ada doa atau wirid berpanjang-panjang yang biasanya disusul dengan berjabat tangan alias salam-salaman.
Salam salaman berbaris tak ada lagi seperti kebiasaan seusai shalat Jumat di masjid tersebut. Ini bagian dari cara pengurus masjid mengupayakan menghindari jemaah dari terpaparnya Covid-19.