Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelisik Kematian Pasukan Tentara Gajah

2 April 2020   14:57 Diperbarui: 2 April 2020   15:04 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Pasukan tentara gajah yang pongah. Foto | Tirto.ID

Berbagai cara ditempuh, tetapi ya gagal, hingga akhirnya tiba pemilik Ka’bah langsung membela Rumah-Nya.

Menariknya, para ulama tak sepakat menyangkut burung Ababil yang melempar batu ke arah Abrahah dan pasukannya dari sijjil, yaitu tanah yang terbakar. Namun ada yang memahaminya dalam arti burung-burung serupa dengan kelelawar yang membawa tiga batu yang menimpa sasarannya.

Ada pula yang menyebutnya sebagai burung-burung yang membawa kuman-kuman penyakit campak. Penganut pendapat ini menguatkan pendapatnya dengan beberapa riwayat bahwa pada masa itu di Mekkah terjadi untuk pertama kalinya penyakit campak.

Penyakit campak seperti itu bukanlah penyakit biasa. Dampaknya demikian cepat. Pasukan porak poranda dan bergelimpangan. Abrahah sendiri selamat dalam keadaan parah dan berhasil dibawa kembali ke Yaman oleh sisa-sisa pasukan.

Hingga kini kita tak tahu apakah sisa-sisa pasukan Abrahah itu lalu dimakamkan oleh orang-orang Arab. Dugaan penulis, pasti diurus dan dikebumikan karena bila dibiarkan sangat berpotensi menimbulkan penyakit.

Abu Lahab saja, yang punya penyakit menjijikan diurus dan dimakamkan. Lalu, pertanyaan kita dikaitkan dengan kondisi sekarang, kok teganya masih ada orang menolak jenazah terpapar Covid-19 untuk dimakamkan. Ini sangat menyalahi ajaran islam.

Bukankah Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) menyatakan, Covid-19 merupakan wabah. Penyakit itu seperti kata yang terkenal dalam pembahasan agama, yaitu tha’un. Maka dari itu, jenazah Muslim pasien Covid-19 akan mendapatkan ganjaran syahid sebagai orang yang gugur di medang perang.

Salam berbagi

Bacaan satu dan dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun