Berbagai cara ditempuh, tetapi ya gagal, hingga akhirnya tiba pemilik Ka’bah langsung membela Rumah-Nya.
Menariknya, para ulama tak sepakat menyangkut burung Ababil yang melempar batu ke arah Abrahah dan pasukannya dari sijjil, yaitu tanah yang terbakar. Namun ada yang memahaminya dalam arti burung-burung serupa dengan kelelawar yang membawa tiga batu yang menimpa sasarannya.
Ada pula yang menyebutnya sebagai burung-burung yang membawa kuman-kuman penyakit campak. Penganut pendapat ini menguatkan pendapatnya dengan beberapa riwayat bahwa pada masa itu di Mekkah terjadi untuk pertama kalinya penyakit campak.
Penyakit campak seperti itu bukanlah penyakit biasa. Dampaknya demikian cepat. Pasukan porak poranda dan bergelimpangan. Abrahah sendiri selamat dalam keadaan parah dan berhasil dibawa kembali ke Yaman oleh sisa-sisa pasukan.
Hingga kini kita tak tahu apakah sisa-sisa pasukan Abrahah itu lalu dimakamkan oleh orang-orang Arab. Dugaan penulis, pasti diurus dan dikebumikan karena bila dibiarkan sangat berpotensi menimbulkan penyakit.
Abu Lahab saja, yang punya penyakit menjijikan diurus dan dimakamkan. Lalu, pertanyaan kita dikaitkan dengan kondisi sekarang, kok teganya masih ada orang menolak jenazah terpapar Covid-19 untuk dimakamkan. Ini sangat menyalahi ajaran islam.
Bukankah Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) menyatakan, Covid-19 merupakan wabah. Penyakit itu seperti kata yang terkenal dalam pembahasan agama, yaitu tha’un. Maka dari itu, jenazah Muslim pasien Covid-19 akan mendapatkan ganjaran syahid sebagai orang yang gugur di medang perang.
Salam berbagi
Bacaan satu dan dua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H