Enggak habis pikir. Akhirnya tetangga sebelah sana menarik kesimpulan orang yang wafat disebabkan terpapar virus Corona (Covid-19) diposisikan seperti teroris.
Astaghfirullah. Ia tak bermaksud menyamakan orang yang meninggal karena Covid-19 itu adalah teroris. Tetapi kesan yang muncul sekarang adalah demikian. Mengapa?
Begini. Setelah membaca berita dari Kompas.com tentang sebuah video memperlihatkan penolakan proses pemakaman jenazah salah satu mantan anggota DPRD Sulawesi Selatan, yang diduga positif virus corona atau Covid-19, kesan yang muncul, perlakuan warga setempat tidak memperlihatkan akhlak Islami.
Bisa jadi para pengunjuk rasa yang menolak pemakaman jenazah tersebut tanpa sadar bahwa perbuatannya itu seperti memperlakukan jenazah teroris.
Diwartakan, jenazah tersebut oleh petugas akan dimakamkan di Pemakaman Kristen Pannara, Kecamatan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (31/3/2020). Dalam video yang viral berdurasi sekitar 27 menit, nampak ambulans membawa jenazah korban tak bisa melintas di Jalan Antang Raya usai memblokirnya dengan kursi.
Kita jadi ingat pula, ketika warga Indonesia di Tiongkok dijemput dan kemudian oleh tentara dimasukan ke karantina di Pulau Natuna, warga setempat unjuk rasa. Alasannya, takut terpapar virus corona.
“Astaghfirullah,” ucapnya sambil memperlihatkan wajah heran.
Lantas, ingatan penulis tertuju pada proses pemakaman teroris di tanah air beberapa waktu lalu. Ada jenazah teroris disambut bagai pahlawan kala hendak dimakamkan, tetapi juga ada warga di daerah bersangkutan menolak.
Bagi warga yang menolak memunculkan alasan bahwa tak pantas teroris dimakamkan di wilayahnya. Sementara yang menyambut bagai pahlawan disebabkan adanya ikatan keimanan bahwa yang bersangkutan ketika masih hidup dianggap memperjuangkan keyakinannya.
Sementara jenazah terpapar virus corona, warga yang menolak mengemukakan alasan bahwa virusnya dapat menyebar ke kawasan sekitar. Aih.... kok cetek amat sih pemahamannya.