Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bila Masih Hidup, Napoleon Bonaparte Takut dengan Covid-19

25 Maret 2020   18:04 Diperbarui: 25 Maret 2020   18:08 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eropa adalah kawasan yang terimbas infeksi virus corona cukup parah. Italia menjadi salah satu negara dengan situasi korban meninggal Covid-19 terparah. Jumlah korban meninggal akibat Covid-19 di Italia sudah menyalip China, Kamis (19/3). Total kematian di Italia pun melebihi laporan China dan Iran.

Jumlah korban meninggal akibat virus corona di Italia menjadi yang mencapai sepertiga penderita SARS-COV-2 yang meninggal di dunia.

Berdasarkan data Worldometers, Italia memiliki lebih dari 53 ribu kasus Covid-19. Sebanyak 4.825 diantaranya meninggal dan 6 ribu lainnya kembali sehat.

Sedangkan Prancis, saat ini terdapat 16 ribu kasus infeksi virus corona di Prancis, dengan 7.240 orang dirawat di rumah sakit.  Angka kematian akibat virus corona SARS-COV-2 di Prancis pun terus naik. Pada Minggu (22/3) 112 orang meninggal, sehingga total terdapat 674 kasus kematian akibat Covid-19 di negara itu.

Untuk mengurangi penularan dan dampak kematian COVID-19, sejumlah negara Eropa melakukan kebijakan karantia, tinggal di rumah. Italia telah menutup semua taman publik dan menghentikan kegiatan produksi yang tidak penting.

Pemerintah Spanyol meminta parlemen memperpanjang kondisi darurat selama 15 hari hingga 11 April.

Di Indonesia, jumlah pasien positif terinfeksi Virus Corona 790 kasus, dengan 31 kasus sembuh dan 58 meninggal dunia. Penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 105 kasus per 25 Maret, merupakan hasil dari pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) bukan rapid test atau tes cepat. Total kasus positif corona hingga hari ini 790 kasus, kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto dalam keterangan di Jakarta, Rabu (25/3).

Nah, menyikapi realitas seperti itu, maka “pertempuran” ke depan tidak bisa lagi seperti yang disebut Napoleon Bonaparte. Perang dengan mengerahkan prajurit dan peralatan militer tak zamannya lagi. Juga ungkapan takut dengan “pena” jurnalis sudah jadi barang rongsokan. Semua itu sudah diabaikan. Justru bentuk lawan seperti virus yang ditakuti.

Kasus COVID-19 yang tengah mewabah secara global, mengingatkan kita, semua, bahwa ancaman yang ditakuti umat manusia ke depan bukan lagi invasi militer. Justru penyakit dalam bentuk virus yang mengerikan. Sebab, virus dapat menyebar bagai hantu, bergerak di kegelapan malam dan ia tak mengenal batas-batas negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun