Awalnya tak suka memelihara hewan, eh tak tahunya jadi menyayangi setelah kebablasan memeliharanya demikian lama.
Diawali pemberian sepasang ayam kampung dari seorang rekan. Lalu, ya tuh ayam beranak pinak. Bejibun dan suaranya berisik. Bau kotorannya juga sangat menyengat.
Nah, lantaran sudah terlalu banyak dan suaranya mengganggu tetangga sekitar pada saat-saat tertentu, buru-buru satu per satu ayam kesayangan dipotong. Dagingnya, diolah jadi opor. Lalu, bagi-bagi ke tetangga terdekat.
Kemudian rumah jadi sepi. Pagi hari tak lagi dengar suara kukuruyuk ayam jantan. Eh, tak kukuruyuk sih, tapi ceng cerengek kalau di Jawa Barat. Penulis tak tahu lagi bagaimana suara ayam jantan pada pagi hari di Makassar, Surabaya ataupun Medan. Yang jelas, ya gitulah suara ayam jantan.
Diam-diam ada yang merasa iba kepada penulis. Tak jauh sih orangnya. Putra penulis. Ia memberikan sepasang ayam kate, ayam kecil yang bulunya menarik kala berkeliaran di depan rumah. Hati pun menjadi gembira, lantaran pagi hari suara ayam terdengar nyaring. Ia seolah membangunkan penulis dan tetangga sekitar.
Tak tahunya, justru yang memelihara ayam itu sendiri lebih awal bangun untuk memberi perhatian kepada sang jantan si ayam kate. Suaranya khas, kecil melengking. Sekarang dari sepasang ayam kate, jumlahnya belum sampai setahun sudah mencapai 16 ekor. Wuih, senangnya.
Banyak bocah datang kala jam-jam tertentu menyaksikan ayam kate yang ditempatkan di kandang besi. Kandang yang khusus dibuat dengan biaya cukup mahal. Biaya ngelasnya saja Rp500 ribu. Terbayar sih ketika lagi dapat honor menulis dari Kompasiana. Hehehe..
"Suka dengan ayam?"
"Suka!" sahutnya.
Karena mereka merasa senang memelihara ayam bertubuh kecil itu, penulis menawarinya. Dan, sang bocah tetangga pun gembira dihadiahi ayam kate berbulu cantik.
Bagi penulis, membagi ayam kepada tetangga dimaksudkan untuk mengajari para bocah agar menyayangi binatang kemudian hari. Seperti pengalaman penulis selama memelihara ayam, tak terasa punya perasaan disiplin membagi waktu untuk membersihkan kandangnya.Â
Kandang ayam yang bersih akan menampakan tampilan ayam lebih segar. Belum lagi memperhatikan kualitas makanannya.
Nah, lantaran tetangga sebelah juga memelihara unggas, yaitu burung merpati, penulis pun memberi perhatian. Setiap pagi burung-burung itu ketiban rejeki dari penulis lantaran diberi makanan. Sementara pemiliknya masih asyik dengan kegiatan di belakang.
Bersamaan dengan itu, kini burung gereja banyak hadir di kediaman penulis. Mereka menemani ayam kate makan bersama.
"Jangan diusir, meski itu burung mualaf," pinta penulis kepada istri tercinta sambil melempar senyum.
Kala para bocah bermain ke kediaman dan berdiri di kandang ayam, kerap kali penulis mengajukan pertanyaan.
"Siapa yang sayang dengan ayam?"
Jawab mereka, "Sayang, eyang!"
**
Aku dengan Hewan Kesayangan kini terasa semakin akrab. Nah bagi orang cepat marah, tak mau mendengarkan nasihat orang lain, menolak membuka dada lebar-lebar untuk melakukan introspeksi agar dapat mengetahui berbagai kelemahan yang melekat padanya, maka ada baiknya diajak memelihara hewan.
Bisa ikan hias atau pun binatang lainnya sepanjang tak mengganggu kehidupan bertetangga. Maksud penulis, jangan paksakan memelihara hewan di lingkungan tidak mendukung. Misal memelihara anjing herder di lingkungan pemukiman padat, ya harus dihindari.
Sebab, ya kita pun sudah tahu. Bahayanya itu, loh. Bukankah kita pernah mendengar berita seekor anjing di Jakarta menganiaya seorang pembantu karena ketidaktahuannya memperlakukan hewan tersebut.
Sering kita dengar berita bahwa para penyayang binatang menangkap hewan telantar, seperti kucing dan anjing agar tidak terlindas kendaraan.
Upaya itu dimaksudkan untuk menekan angka kecelakaan di jalan raya. Sebab, masih ada warga mengalami kecelakaan di jalan raya lantaran menghindari kucing memotong jalan.
Hingga kini masih kuat di sebagian anggota masyarakat akan kepercayaan bahwa menabrak kucing di jalan raya membawa konsekuensi mendapatkan bahaya di hari ke depannya.
Entah mitos atau memang menjadi keyakinan. Yang jelas, banyak orang  jika sudah terlanjur menabrak kucing, lalu orang bersangkutan segera menguburkan dengan baik.
Kini, kita patut bersyukur Pemprov DKI Jakarta telah memberi perhatian kepada hewan peliharaan. Kita memang sudah menyadari bahwa keberadaan rumah sakit hewan demikian penting.
Sebab, di rumah sakit tersebut, bukan hanya mengobati hewan yang berkeliaran di sejumlah jalan, tapi juga diharapkan dapat memantau kesehatan berbagai jenis hewan di Kebun Raya Ragunan.
Jadi, menurut penulis, dan ini sejalan dengan ajaran agama, berbuat baik kepada hewan sangat dianjurkan. Apalagi terhadap hewan yang ditelantarkan. Pernahkan Anda mendengar kisah Nabi Muhammad SAW yang menyebut, ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan. Lalu dia turun ke sumur dan minum.
Tatkala dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, "Anjing ini kehausan seperti diriku". Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.
Lalu para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?" Beliau menjawab, "Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran."
Salam berbagi.