Jika kita buka konten di sosial, media Youtube dan Facebook, didapati ada orang yang mengaku Allah memiliki makam. Ka'bah bukan kiblat umat Islam, tapi tempat pemujaan berhala. Hebatnya, tokohnya, Aisyah mengaku bisa menarik dana milik negara lewat akses bank-bank di luar negeri. MUI Kota Serang memutuskan fatwa sesat kepada kelompok ini pada tahun 2018.
Penulis juga mendapati penyebar ajaran Islam sesat kepada para pengikutnya. Dia, adalah Puang La'lang yang mewajibkan pengikut membayar kartu surga seharga Rp10 ribu hingga Rp50 ribu. Pengikut juga memungut dana zakat yang bernilai Rp5 ribu per kilogram, tergantung berat badan masing-masing pengikut.
Ada pula kewajiban pengikut menyetor 2,5 persen penghasilannya kepada Maha Guru. Puang La'lang mengangkat diri sebagai rasul. Dia juga menyatakan adanya Allah pencipta, Allah Mama, Allah Bapa, Allah Iblis, Allah Jin, Allah Syaitan, Allah Nafsu. Selain itu menafsirkan ayat suci Alquran sesuai kehendak, dan meyakini adanya kitab suci tersendiri (Kitabullah).
Si Maha Guru keblinger ini juga mengaku dapat memperpanjang umur pengikutnya, lalu mengajarkan bahwa manusia yang wafat akan diangkat Allah menjadi tuhan. Dia juga dilaporkan menikahkan sejumlah pengikutnya tanpa wali nikah dan tanpa pencatatan di Kantor Urusan Agama.
**
Baik orang yang mengaku sebagai Maha Guru, Kanjeng Dimas dan Nabi Palsu Musadeq -- kemudian disusul orang-orang yang mengaku sebagai titisan para raja -- hingga hadirnya kerajaan baru seperti Kerajaan Sejagat ataupun Sunda Empire, sejatinya mereka itu terinspirasi cita-cita hayalan seseorang. Para tokohnya melihat gambaran ke depan, melalui hayalannya, akan lebih baik. Kondisi masyarakat kini dianggapnya jauh dari ideal. Jauh dari harapan yang ada di benaknya.
Harapan atau cita-cita utopia itu kerap memberikan penekanan pada prinsip egaliter kesetaraan dalam bidang ekonomi, pemerintahan, dan keadilan.
Lyman Tower Sargent, seperti dikutip Wikipedia menyebut, di situ ada penonjolan sosialis, kapitalis, monarkis, demokratis, anarkis, ekologis, feminis, patriarkal, egalitarian, hierarkis, rasis, sayap kiri, sayap kanan, reformis, cinta bebas, keluarga inti, keluarga besar, gay, lesbian, dan lainnya. Pada pokoknya, mereka adalah kaum utopia. Mereka punya bayangan (khayalan) yang tak mungkin diwujudkan dalam kenyataan.
Lantas, apa upaya kita untuk mencegahnya kerajaan utopia seperti yang digambarkan di atas?
Peran tokoh masyarakat, pemuka agama, elite politik dan para pendidik sangat dibutuhkan dalam hal ini. Ajaran yang memutarbalikan akal fikiran waras sekarang ini tengah berkembang.
Itu terjadi karena adanya kekosongan dakwah. Kekosongan dakwah terjadi di banyak tempat. Jika ada paham atau ajaran baru masuk, perangkat daerah lambat bergerak. Kadang melembar tanggung jawab dengan menyebut bahwa itu ranah kepolisian.