Orang tua memang harus mengambil posisi mendorong kepada putera-puterinya kala sudah dewasa. Bukan mematahkan semangat, apa lagi mencela hasil karyanya. Ingat, orang tua harus memberi contoh kepada anak-anaknya. Bukan berceloteh melulu di hadapannya.
Kebanyakan berceloteh atau menggurui kepada anak, bisa jadi orang tua tanpa sengaja telah menciptakan neraka bagi diri sendiri dan anaknya. Sebab, ocehan tanpa kontrol bisa membuahkan ucapan 'ngaur'. Tak terkontrol dan menyakitkan.
Loh, kok bisa, ya?
Ya, bisa saja. Bukankah segala sesuatu yang serba mungkin dapat terjadi karena dinamika kehidupan ini. Apa lagi setan selalu membisiki hati manusia untuk berbuat keburukan. Hehehe, ini bukan bermaksud menggurui, loh!
Coba perhatikan. Sejak sekolah dasar hingga kini masih melekat kuat dalam ingatan bahwa orang tua haruslah mengambil sikap pada tiga hal: Yaitu, pertama, Tut Wuri Handayani. Maksudnya, orang tua harus mengambil posisi seperti guru yang memberikan dorongan dan arahan.
Pada posisi lain, kedua, orang tua juga harus bersikap Ing Madya Mangun Karsa. Yaitu, pada posisi di tengah atau di antara murid, hendaknya dapat menciptakan prakarsa dan ide. Ketiga, Ing Ngarsa Sung Tulada, yaitu, memberikan keteladanan dalam bertindak.
Hehehe, jadi ingat waktu penataran P4, yaitu singkatan dari Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Dulu, zaman Orde Baru, penataran ini wajib diikuti bagi kalangan pegawai negeri sipil, kini aparat sipil negara alias ASN.
Bila saja anak kemudian hari selalu membuat jengkel orang tua, maka hendaknya jangan terburu-buru menyalahkan anak bersangkutan. Apa lagi, ini kebiasaan orang tua, sebagai ayah atau ibu merasa diri memiliki pengalaman. Kata orang Betawi pinggiran, mereka sudah makan asam-garam kehidupan. Dengan alasan itu, kala nasihatnya tak diindahkan lalu marah.
Baiknya, orang tua melakukan instrospeksi. Sudahkah mengamalkan ketiga hal tadi: Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, dan Ing Ngarsa Sung Tulada. Jangan-jangan kenakalan orang tua (dulu) jauh lebih parah daripada anaknya?
Lalu, apa hubungannya Ki Lengser dan Kirab Pengantin dalam kaitan pesan kepada orang tua dengan tiga hal itu?