Â
Pengajian malam Jumat (24/10/2019) rada berbeda. Berbeda karena para peserta dibimbing membaca Alquran dengan penjelasan kandungan dan makna yang dibaca. Sekali ini ustaz di masjid kami biasa shalat berjamaah mengangkat pembahasan surat Taha, berkaitan dengan dakwah Nabi Musa as dan Nabi Harun as.
Harun as adalah kakak dari Nabi Musa as. Dalam berdakwah Musa selalu didampingi sang kakak, utamanya ketika menyeru agama Nabi Ibrahim as.
Meski Nabi Harun as sebagai kakak, tetapi ia tidak menyandang predikat "Ulul Azmi", seperti Nabi Musa as.
Ulul Azmi adalah sebuah gelar khusus bagi golongan nabi pilihan yang mempunyai ketabahan luar biasa. Dalam berbagai literatur tercatat lima nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.
Perhatian anggota pengajian tampak makin serius kala sang ustaz menjelasan kedua nabi tersebut terhadap golongan Bani Israil.
Kala Musa as diperintah Allah untuk naik ke Gunung Thursina selama 40 malam, Nabi Harun as diserahi tugas untuk menjaga rombongan Bani Israil.
Nah, ketika ditinggal Nabi Musa as itulah terjadi malapetaka. Pasalnya, sebagian besar dari Bani Israil meninggalkan ajaran Nabi Musa as alias murtad. Mereka menyembah patung anak sapi dari emas yang dibuat oleh Samiri, seorang pakar sihir berasal dari Sameria.
Mengutip penjelasan Alquran, sang ustaz menyebut bahwa patung anak sapi dapat bersuara persis layaknya suara sapi kerena di dalamnya telah dimasuki segenggam pasir dari bekas telapak kaki kuda betina yang ditunggangi Malaikat Jibril. Ketika itu Jibril diutus untuk menenggelamkan Firaun di laut beserta balatentaranya.
Penjelasan sang ustaz makin menarik. Kulihat anak muda makin serius mendengarkan. Pada saat itu, lanjut cerita sang ustaz, Nabi Harun as berusaha keras memperingatkan mereka, namun tidak didengar oleh orang-orang Bani Israil.
Mereka makin mengambil sikap keras dan perlawanan kepada Nabi Harun as. Bahkan di antaranya mengancam akan membunuh Harun as bilamana terus melarang penyembahan kepada patung anak sapi emas itu.