Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gara-gara Lebaran Anak Yatim, Mertua dan Mantu Ribut

9 September 2019   18:10 Diperbarui: 9 September 2019   18:20 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bareng bersama anak yatim. Gembira. Foto | Dokpri

Lagi pula, kalaulah dianjurkan puasa, itu sifatnya anjuran. Puasa sunnah. Boleh dimulai pada 1 Muharram hingga 10 Muharram. Ada yang melaksanakan 9 dan 10 Muharram saja.

"Pokoknya, puasa sunnah. Bukan wajib seperti pada Ramadan, sebulan penuh," kata si mantu dengan nada tinggi.

Sang mertua, tak mau nyerah. Katanya: "Iya, Lebaran Idul Adha juga ada puasa sunnahnya."

Sang mantu merasa kalah berdebat. Lalu, ia melengos, meninggalkan tempat perdebatan urusan pepesan kosong itu. Ia masuk ke kamar sambil membanting daun pintu dan menimbulkan suara keras. Bleger. 

Sang mertua merasa tersinggung. Ia juga masuk kamar, membereskan pakaian. Lalu, tanpa izin pemilik rumah, meninggalkan kediaman anaknya dengan rasa kesal. 

Pertengkaran itu menyisakan hati terluka. Kata maaf memang sudah meluncur dari mulut kedua belah pihak, tetapi untuk melupakannya, entahlah. Hanya Allah sebagai pemegang kekuasaan atas seluruh alam semesta yang mengetahui.

**

Kisah di atas adalah reaalitas. Perbedaan pemahaman soal sebutan lebaran menjadi lebar dan berbuah menjadi permusuhan.  Padahal keduanya adalah mertua dan anak mantu. Sungguh, yang satu berpegang pada ego intelektual akademis dan sang mertua - meski tak lulus sekolah rakayat - sangat meyakini pelajaran yang didapat dari majelis ta'lim.

Ini bukan zaman kuda gigit besi. Negeri tetangga, India, sudah bisa menerbangkan angkasawannya ke bulan. Eh, di sini, soal hal sepele jadi besar. Terlanjur, api sudah membakar dan kita hanya cukup memetik pelajaran.

Penyampaian tausiyah oleh seorang ustaz. Foto | Dokpri
Penyampaian tausiyah oleh seorang ustaz. Foto | Dokpri
Sejatinya, 10 Muharram merupakan hari besar bagi umat Islam. Loh, kok bisa, ya?

Dasarnya adalah pada saat itu terjadi peristiwa penting. Yaitu, para Nabi dan Rasul banyak mendapat anugrah. Di antaranya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun