Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Mati Suri Lagu Betawi

28 Agustus 2019   11:30 Diperbarui: 28 Agustus 2019   16:44 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benyamin Sueb | (KOMPAS.com/ RYANA ARYADITA UMASUGI)

Lagu dari Betawi memang jenaka. Enak didengar dengan irama musik Gamang Kromong. Lirik lagunya juga tersusun apik dan mudah dihafal karena kata-kata yang digunakan sering terdengar dalam dialek sehari-hari.

Tapi tidak dengan Jabrik bin Gondrong, anak Betawi pinggiran dari Kampung Gondrong. "Lagu" si Jabrik sehari-hari membuat 'enek' empok-empok dari Kampung Cipondoh. Para santri di Pondok Pesantren Daarul Quran, asuhan Ustaz Jam'an Nurkhatib Mansur atau yang populer dipanggil KH Mansyur, juga mengaku 'sebel' dengan kelakuan itu anak.

Anak itu "belagunya" kelewatan. Belum 'kena batunya aja'. Warga di Kampung Gondrong juga yakin suatu saat si Jabrik bakal ketangkap polisi karena kelakuannya bikin marah orang sekitar.

"Gimana nggak marah, bawa motor ugal-ugalan dan suara dari kenalpotnya nyaring banget," ungkap Mpok Imah.

"Lagunya" saja sehari-hari bikin 'sebel'. Kalau diajak jadi biduan, bisa bubar kumpulan orang yang menyaksikan tampilan Jabrik.

Soal lagu Betawi dan "lagunya" Jabrik, Mpok Imah punya selera sendiri. Ia paling tidak suka anak muda banyak "lagu", belagu dan berperilaku buruk.

Namun soal lagu Betawi, dalam satu obrolan, ia blak-blakan menyebut bahwa lagu-lagu Betawi bikin kangen. Enak didengar, bikin hati senang karena ada humornya. Jenaka lagi.

Ini salah satu contohnya;

NANGKE LANDE Chord - BENYAMIN SUEB

Chord Gitar Lagu Bunyamin Sueb | Sumber: chords-gitaran.blogspot.com
Chord Gitar Lagu Bunyamin Sueb | Sumber: chords-gitaran.blogspot.com
Tapi, sekarang, orang Betawi "nggak" banyak yang mikirin budaya, termasuk beragam jenis keseniannya, sehingga lagu dari daerah Betawi mati suri.

"Kalo kite omongin lebih teges, udah kaya' mati segan hidup nggak mau, gitu keadaannya sekarang," kata Imah sambil mengangkat jari telunjuknya ke atas.

Setelah Benyamin Sueb wafat, memang betul lagu-lagu dari Betawi seperti "bendera putih berkibar di tiang". Menyerah pada keadaan. Padahal, siapa pun warga Jakarta akan cepat bangkit ingatannya jika disebut bait lagu "Nangke Blande diencot-encot jande", atau "Kompor Mleduk," yang dinyayikan si pelawak dan aktor; Benyamin.

Tapi, jika kita menyaksikan lagu Ondel-ondel yang dibawakan segerombolan anak muda bersama boneka Ondel-ondel, rasanya kita semakin jengkel. Mengapa? Ya, seperti menurunkan marwah kesenian orang Betawi.

Pemainnya juga sering marah jika tak diberi uang saweran kala berkeliling di sejumlah jalan di Jakarta.

***
Sungguh tepat seni dan budaya Betawi disebut sebagai bentuk dari hasil akulturasi beberapa etnis di Tanah Air yang pernah bermukim di ibu kota RI, Jakarta. Ehmmm, kan ibu kota negara akan dipindahkan ini ke Kalimantan Timur.

Salah satu dari hasil produk akulturasi dan asimilasi adalah beberapa kesenian musik yang mengiringi lagu-lagu daerah Betawi.

Memang, warga Betawi itu heterogen. Alat musik dan lagu daerahnya juga dipengaruhi oleh kebudayaan Eropa, Arab, Tiongkok, Melayu, Sunda, dan kebudayaan lainnya. Musik Tanjidor diklaim sebagai kesenian khas Betawi, padahal di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, jenis musik ini sudah ratusan tahun dimainkan.

Tapi, kita tentu sepakat bahwa perpaduan dari berbagai kebudayaan tersebut menciptakan karya seni musik yang unik, menarik dan penuh warna-warni. Sebut saja musik gambus. Dulu, di TVRI dan RRI, orkes gambus sering tampil membawakan acara irama padang pasir.

Orkes gambus di Jakarta sering mengiringi tari Zapin. Jenis tarian ini juga banyak ditampilkan warga Malayu di Kuala Lumpur. Biasanya tarian ini dibawakan untuk tari pergaulan.

Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan. Gambus merupakan alat musik petik seperti mandolin. Alat musik ini berasal dari Timur Tengah.

Sedangkan Benyamin, dalam belantika musik, sering tampil diiringi grup musik Gambang Kromong Naga Mustika. Ciri musiknya sudah rada modern, karena ikut dimainkan orgen, gitar listrik, bass dengan didukung alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.

Pada awal tahun 70-an, lagu-lagu Betawi yang dibawakan Benyamin seperti tengah naik daun. Selain "Kompor Mleduk" yang sudah populer, juga lagu dengan judul "Tukang Garem", dan "Nyai Dasimah".

Lagu-lagu Betawi semakin mendapat tempat ketika Benyamin berduet dengan pelawak Bing Slamet. Penulis masih ingat lagu Nonton Bioskop, dengan salah bait syairnya menyebut kantong gelondangan, malu sama pacar. Lalu, pulang jalan kaki. Disebutnya pada lagu itu, dasar sial, eh tau-tau injek gituan. Bau ah.

Lagu-lagu Betawi memang tak bisa dilepaskan dari sosok Benyamin. Setelah pasangan duetnya Ida Royani hijrah ke Malaysia pada tahun 1972, Ben -- sapaan akrab Benyamin -mencari pasangan baru. Ia menggaet Inneke Kusumawati. Hasilnya, sungguh menggembirakan. Lagu dengan album Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Palayan Toko cukup laris di pasaran.

Sukses dalam bidang musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Baiduri serta Si Doel Anak Modern (1977) yang disutradari Syumanjaya, menghantarkan Benyamin makin beken.

Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Gambang Kromong Al-Hajj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti "Biang Kerok" serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.

Benyamin meninggal dunia seusai main sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung. Sekarang ini, seperti disebut Mpok Imah, lagu-lagu Betawi memang sudah seperti mati suri. Mandek. Untuk BangkitLaguDaerah, termasuk dari Betawi, perlu senyatanya pihak terkait memberi dorongan semangat.

Sumber bacaan: Satu dan dua | Berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun