Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maaf....

26 Agustus 2019   06:44 Diperbarui: 26 Agustus 2019   07:02 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Diberi tahu agar memencet botol odol bagian ekor, tapi tak dituruti," katanya.

Lantaran menghindari bertengkar hanya karena persoalan sepele, akhirnya Ibu Heny memutuskan memaafkan perilaku suaminya meski sang suami tak merasa bersalah.

**

Dalam kehidupan sehari-hari, kita, semua, secara sadar atau tidak telah berbuat tidak menyenangkan bagi orang sekitar. Teman terdekat, famili hingga isteri sekalipun.

Jelas-jelas mencuri itu perbuatan diharamkan, tetapi ada saja orang melakukannya. Ngutil di pasar swalayan atau mall, misalnya. Mabuk-mabukan hingga mengganggu orang sekitar sebagai perbuatan tak elok, masih saja ada orang melanggarnya.

Sengaja atau tidak, ada saja perbuatan yang mengakibatkan orang lain tak senang. Jika saja dalam keseharian kita merasa berat memberi kata maaf, boleh jadi dalam kehidupan akan lebih banyak diwarnai pertengkaran, kemarahan dan banyak berurusan dengan pihak kepolisian.

Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Eloknya kesalahan itu harus disadari untuk segera diperbaiki. Melulu mempertahankan diri selalu benar karena merasa lebih pintar, punya gelar akademik tinggi, punya kedudukan di masyarakat, status sosial tinggi, jadi bos dan kaya, sungguh berpotensi menjebak diri terperangkap dalam dosa.

Boleh jadi seseorang lulus ketik diuji dengan kemiskinan, tetapi ketika mendapat kesenangan menjadi orang gagal karena lupa diri. Akhirnya, ia terjebak dengan egoisnya sendiri.

Kalau boleh kita tengok betapa marahnya Nabi Muhammad SAW ketika mendatangi seseorang tengah menghadapi kematian. Orang bersangkutan tak kunjung wafat lantaran ibunya tak ikhlas disakiti semasa anaknya masih hidup.

Setelah mendapat penegasan bahwa orang bersangkutan akan dibakar hidup-hidup, ibunya baru mengeluarkan pernyataan pemberian pemaafan. Setelah itu, lancarlah proses kematian orang bersangkutan.

Seorang nabi sekalipun tak luput dari kesalahan. Rosulullah, Nabi Muhammad SAW juga manusia biasa dan pernah ditegur Allah karena mengabaikan Abdullah ibn Ummi Maktum yang datang memotong pembicaraan Rasulullah dengan Utbah ibn Rabiah, Syaibah ibn Rabiah, Amr ibn Hisyam, Umayyah ibn Khalaf, dan Walid ibn Mughirah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun