Mata berkali kali dikucek-kucek. Bukan sedang gatal, tapi lantaran tak yakin menyaksikan ikan lele berwarna hitam buleng dijual setelah diasap terlebih dahulu.
Masih belum yakin. Penulis tanya kepada si Engkoh, penjual ikan asin yang juga menjual ikan lele asap itu di kawasan Pasar Dapur 12 Batam.
"Enak. Sama rasanya dengan ikan lele segar meski sudah diasap dan terasa seperti ikan asin lainnya," ujar si Engkoh dalam percakapan dengan penulis.
Pasar Darpur 12 Batam memulai aktivitasnya sekitar Pukul 03.00 WIB. Penulis datang usai shalat Subuh. Ramai warga setempat mendatangi pasar tersebut.
Wuih, ramainya. Tak ketianggalan pedagang kue basah - seperti halnya di Jakarta yang terkenal di Pasar Senen - mengambil kesempatan saat pengunjung berdatangan di pagi hari.
Pasar ini memang, seperti diakui warga setempat, selalu ramai menjelang Subuh.
Nah, kembali penulis penasaran dengan ikan lele asap tadi. Sepengetahuan penulis, orang Melayu paling anti dengan ikan lele. Ikan lele dipandang ikan tak berkelas. Orang Melayu selalu mengonsumsi ikan segar dari laut. Sedangkan ikan lele, dipanadang iiihhhh menjijikan.
"Seperti tak ada ikan lain aja," demikian alasan yang sering terdengar tentang penolakan mengonsumsi ikan lele.
"Orang Melayu juga sudah banyak makan ikan lele (asap)," kata Engkoh tadi. Ia menambahkan penjelasannya, ikan lele di sini kebanyakan didatangkan dari Malaysia.
Ikan ini mempunyai nilai protein 17,5 perse dan lemak 4,8 persen sumber : Laboratorium BBP2HP. Ikan ini hidup di perairan tenang, tak banyak bergerak.
Melalui pengasapan, tentu saja ikan lele tadi menjadi  produk olahan baru ng mempunyai nilai ekonomis.
Ikan lele asap sale di Medan saja, dijual Rp110 ribu per kg. Padahal ikan lele segar di Jakarta harganya cuma Rp20 ribu. Mumpung bisnis ikan lele asap tengah naik daun, apa salahnya pemerintah (daerah) ikut mendorong pelaku usaha.
Bukankah ini juga bagian dari upaya pemerintah mendorong masyarakat giat mengonsumsi ikan?
Sumber bacaan satu dan dua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H