Ia lalu melanjutkan celotehnya. Katanya, memang ada yang shalat diganggu. Itu karena jangkriknya genit. Kami jadi tertawa lagi dan tak terasa azan magrib berkumandang dan waktu buka puasa bersama disegerakan dengan didahului membaca doa.
Jawaban Naser terhadap fenomena baru di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram dihuni jangkrik - termasuk pengamatan penulis juga ada belalang - belum memuaskan. Mengapa dan mengapa bisa demikian?
Warga setempat menyebut jangkrik sebagai belalang hitam. Ada juga menyebut serangga yang termasuk dalam klasifikasi famili/keluarga Gryllus.
Di lobi hotel, penulis bertemu seorang akademisi yang tak mau disebut namanya. Ia dengan ramah menjelaskan bahwa fenomena tersebut tidak perlu dikhawatirkan berlebihan. Biasanya saat musim dingin saja jangkrik muncul ke permukaan. Jadi hal itu kaitannya erat dengan musim. Namun tentang mulai kapan jangkrik itu bermunculan di masjid dan bahkan di kediaman rumah penduduk? Ia tak tahu persis.
Tapi bisa saja berawal adanya bisnis jangkrik. Jangkrik dibudidayakan untuk kebutuhan umpan burung. Lantas, karena kurang pengawasan, jangkrik lepas dan menyebar di Semananjung Arab. Itu baru dugaan.
Pemerintah Arab Saudi memang belum menyatakan perang terbuka terhadap jangkrik yang bermukim di kedua masjid tersebut. Namun sudah menganggapnya sebagai musuh. Karena mengganggu umat beribadah, ya tentu saja jadi musuh bersama bagi umat Muslim. Kita berharap, ke depan, umat Muslim dari seluruh dunia dapat beribadah di kedua masjid yang mulia itu dengan nyaman tanpa harus diganggu lagi oleh jangkrik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H