Yang menarik adalah orang kaya bersedekah di sini. Penulis tak tahu namanya. Tapi, soal sedekah, pengusaha dan sekaligus pemilik bank setempat, selalu menyediakan makanan berlimpah.
Dan istimewanya pula, setiap orang yang buka puasa di salah satu masjid yang dibangunnya, usai ikut shalat berjamaah dan terawih, per orang diberi amplop 50 real. Kadang satu amplop bisa berisi 100 real. Dan bagi warga yang memang benar-benar miskin dapat santunan langsung.
Tidak perlu antre dalam barisan panjang seperti di Tanah Air. Cupuk amplop disampaikan ketika orang bersangkutan keluar dari pintu masjid. Tertib.
Kalau begini, penulis jadi teringat, ada warga antre amplop dari pengusaha malahan tewas terinjak-injak. Padahal amplop yang diberikan kisarannya Rp15 ribu. Hehehe tapi makan korban jiwa hingga tewas. Belum lagi korban luka dan harus masuk rumah sakit.
Kalau di negeri kita, bagusnya orang kaya untuk menyumbang warga miskin tak perlu meniru orang kaya di Arab. Di sini, negerinya makmur. Lagi pula apa yang disombongkan.
Ini betul-betul terasa istimewa. Penulis seolah dimanjakan oleh para pengurus Masjid Nabawi. Setelah shalat tahyatul masjid di masjid Rasulullah SAW ini, penulis berzikir. Sementara warga negara lain membaca Alquran. Setelah itu, kami saling berkenalan.
Duduk di sebelah warga dari Alzajair, di sebalah sana orang Pakistan dan lainnya entah dari negara mana. Itu tidak penting, yang penting menghadapi buka puasa dengan didahului doa. Terpenting lagi, bagaimana penulis bisa mengatasi cara makan rada aneh yang disuguhkan. Model roti panjang, dicolek yagurt dan diselingi kurma. Belum lagi makanan khas sejenis teh hangat.
Wah, keren banget. Menu makanan itu diletakan di atas hamparan plastik tipis memanjang. Ketika makan buka puasa serentak, penulis lihat kiri kanan. Takut salah cara makan roti yang dicoel ke kuah yang aromanya rada aneh. Nggak tahan dengan aromanya, ya cuma makan dikit.
Selama Ramadan, buka puasa ternyata lebih enak dengan para tamu Allah dari negara lain. Apakah itu di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.