Sungguh, penulis merasa lega. Pasalnya, karena sebelumnya berhari-hari telinga, mata dan hati digiring dengan berita-berita "panas" dari peristiwa politik seputar Pilpres 2019 di Tanah Air. Kini hidup sedikit terbebas dari keramaian berita politik karena jauh dari peralatan elektronik seperti telepon genggam dan lainnya.
Meski begitu, tetap saja ada rasa rindu ingin membaca artikel rekan-rekan kompasianer namun tak dapat dilakukan seperti sebelumnya karena kesibukan ritual ibadah umrah di dua kota suci: Mekkah dan Madinah.
Pikiran masih tertuju kepada berita politik dan artikel lainnya berupa puisi dan cerita lainnya karya para penulis di Kompasiana.
Ada peristiwa menari ketika penulis mengenakan pakaian ihram, lantaran perasaan terbawa ke suasana sakral ritual ibadah dengan segala larangannya. Ketika kita mengenakan pakaian ihram, diri ini seolah kita membuat ikrar kepada Sang Pencipta untuk mematuhi seluruh larangan-Nya.
Larangan itu, seperti membunuh binatang - sekalipun nyamuk - dan memetik daun. Apa lagi membunuh dan mencaci maki, menggunjing hingga berkata kotor. Kala kita mengenakan pakaian ihram, kedudukan kita pun setara dengan rekan-rekan yang tengah menunaikan ibadah umrah (haji).
Kala sedang demikian, seluruh atribut yang disandang manusia seperti apakah ia seorang juragan sayuran, juragan jengkol hingga punya jabatan birokrat sebagai direktur dan presiden sekalipun tidak lagi menjadi ukuran. Ketika sedang mengenakan ihram, kedudukan manusia sama. Yang membedakan adalah amal ibadahnya di hadapan Allah.
Filosopi mengenakan pakaian Ihram memang memiliki nilai edukasi demikian mulia sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Â Karena itu, Â jika ada orang yang tengah mengenakan ihram dan kemudian melanggar larangannya dapat dikenakan Dam, atau denda menyembelih hewan kurban.
**
Ketika kita berihram, tentu dengan penuh kesadaran bahwa di situ ada larangan. Larangan itu diindahkan, dipatuhi bukan atas dasar dipaksakan. Bisa saja orang bersangkutan melanggar dan tak diketahui rekan atau orang sekitar. Tapi, dengan Allah, tidak demikian. Â Sebab, Allah Maha Tahu dan Melihat.