Sungguh, saya bersyukur bahwa kesadaran penggunaan plastik dengan cara mengurangi penggunaan kantong plastik di berbagai kegiatan keagamaan makin berkurang.
Belum lama ini penulis menyaksikan anggota jamaah shalat Jumat di Masjid Fatahillah, Blok B Tanah Abang, Jakarta berupaya menghindari penggunaan kantong plastik.
Jadi, anggota jemaah untuk mendapat makanan cukup mengambil makanan tersedia menggunakan jepitan. Lalu, disambut dengan tangan dan 'hap' disantap.
Di masjid yang tergolong megah itu, sudah menjadi kebiasaan usai shalat Jumat jamaah mendapat makanan gratis. Di sini mereka bisa mengambil makanan berupa air kelapa dan sejumlah makanan lainnya.
Hanya gelas cangkir terbuat dari plastik yang dimanfaatkan untuk minum. Lainnya, tak ada penggunaan plastik. Itu pun cara pembuangannya ditampung di tong sampah yang kemudian oleh pemulung bisa dimanfaatkan agar mudah didaur-ulang.
Dan, pada saat Ramadan ini, penulis juga merasa bangga di beberapa masjid yang menggelar acara buka bersama, muncul kesadaran bahwa penggunaan kantong plastik beresiko menimbulkan penyakit kanker.
Misalnya untuk kantong plastik berwarna gelap untuk membungkus daging (kurban) atau makanan lain sangat tidak baik bagi kesehatan. Apa lagi makanan itu bersentuhan langsung dengan makanan yang dikonsumsi.
Laman Greenpeace.org mengingatkan kita semua bahwa plastik terus 'mencekik' bumi. Sebab, plastik sekali pakai terus mengotori lingkungan bahkan sudah sering dijumpai satwa-satwa di sekitar laut mati akibat memakan plastik.
Tidak hanya satwa, plastik pun masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk mikroplastik lewat makanan, minuman, bahkan udara yang kita hirup.
Ulama perlu mengambil peran dan mengimbau umat dalam penggunaan plastik sebelum bumi makin parah dijerat 'polusi' plastik.
Mari bijak dalam penggunaan plastik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H