Menariknya, ia bercerita bahwa dari sejumlah koran dalam sepekan ini menempatkan petahana Joko Widodo (Jokowi) dalam posisi teratas. Berbeda dengan lawannya, Prabowo Subianto yang tampil "gagah" dan "semangat".
Judul koran dari berbagai penerbitan menempatkan berita Jokowi bakal jadi presiden lagi. Sebagai orang muslim, setelah Jokowi pulang dari umrah, si Abang Koran ini mengaku semakin yakin bahwa posisi Jokowi tidak lagi berada di ujung tanduk.
"Aman, ainul yakin," katanya singkat.
Wah, keren bahasa si Abang Koran ini. Ia rupanya sudah melek media, tidak hanya membaca judul-judul koran saja. Pantas saja, kacamatanya pun terlihat tebal.
**
Di era reformasi ini, siapa pun boleh mengekspresikan pendapatnya melalui berbagai saluran media massa (sosial). Si Abang Koran pun leluasa mengemukakan pendapatnya. Ia tak takut lagi bahwa di dekat kios jualan korannya ada polisi wara-wiri di dekatnya.
Keterbukaan informasi publik menjadi potret bahwa demokrasi berjalan dengan baik. Komitmen pemerintahan Jokowi, termasuk pemerintahan sebelum Orde Baru, telah berhasil mendorong lembaga pemerintah untuk melayani kebutuhan informasi yang menjadi hak publik.
Buahnya, ya adalah keberanian menyampaikan pikiran dan pendapat seperti celoteh tukang koran tadi.
Kini kesadaran publik makin besar. Mendapatkan informasi tak melulu harus melalui proses penyaringan melalui lembaga sensor. Demokrasi menganut asas dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat.
Dalam kontek Pemilu, pertanyaannya kemudian, Â apakah pemberitaan media massa sudah memenuhi harapan publik atau masyarakat?