Ceria. Begitu kesan yang penulis tangkap ketika teman-teman dari alumni Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta Angkatan 20 (FH'20 Usakti) membuat janji untuk bertemu di Stasiun MRT Bundaran HI. Tapi mengapa harus menggunakan jasa gratis moda transportasi "keren" MRT itu? Ini uniknya.
Jakarta memang belum lepas dari "adatnya", macet.
Nah, mumpung gratis dan terdorong rasa ingin tahu sistem transportasi baru di Jakarta itu, alumni FH'20 Usakti memanfaatkan momentum tersebut. Sekaligus pula menjadikannya sebagai ajang reuni dan melepas rasa kangen.
MRT -- yang disebut oleh Presiden Joko Widodo -- merupakan budaya baru dalam berlalu lintas bagi warga Jakarta. Persoalannya, selama uji coba moda transportasi baru itu untuk mendapatkan tiketnya tidak semudah membeli secangkir kopi di pasar swalayan.
Ini lagi-lagi keseruannya. Ketika Anda membuka layanan pemesanan tiket gratis MRT, selalu saja kalah cepat untuk mendapatkannya. Ujungnya, hasilnya kecewa karena tiket sudah habis.
Karena sulitnya mendapat tiket gratis uji coba MRT itu, maka sesama teman alumni Trisakti mensiasati dengan saling memantau. Mereka secara terus menerus memantau layanan online tiket gratis itu. Kala dibuka, teman-teman secara keroyonan memesan secara cepat dengan memasukan seluruh nama anggota. Â Wuih, kompak!
Dan, pada Rabu (20/3/2019) , beberapa anggota FH'20 Usakti bisa berjalan-jalan dan melakukan reunian kecil-kecilan dengan transportasi MRT. Keren, deh.
Meski usia mereka rata-rata di atas 50 tahunan, sungguh soal penampilan tidak kalah dengan para pengguna MRT lainnya yang nampak masih muda belia. Sepanjang perjalanan dari Lebak Bulus menuju stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI) suasana diwarnai tawa riang.
Bagai anak baru gede, sepanjang jalan tak lepas dari obrolan menggembirakan. Celetukan kata jenaka selalu saja hadir di tengah pembicaraan. Meminjam kalimat orang tua dulu, ger geran melulu. Tingkahnya makin seru dan makin ceria lagi ketika diselingi swafoto.