"Bu, karena vaksinnya mengandung babi, saya tak perlu disuntik. Kasih saja bukunya," pintanya sambil berharap petugas kesehatan memahami pendiriannya.
"Itu aturan pemerintah, Pak!" tegas petugas.
Petugas itu kemudian menambahkan penjelasannya. Jika bapak tidak mau disuntik vaksin meningitis, buku kesehatannya tak diberikan. Itu adalah prosedur dan aturan pemerintah yang harus dipatuhi.
Bukankah vaksin mengandung babi itu jelas-jelas haram. Bagaimana nih, kok petugas tak mau memahami. Kepinginnya, dapat buku saja cukup tanpa diberi suntikan, tutur warga yang menolak disuntik vaksin meningitis itu lagi.
Ada tiga petugas kesehatan di ruang pemeriksaan itu. Semua terdiam mendengar ocehan pria paruh baya itu. Masing-masing petugas sibuk dengan orang yang dilayaninya. Namun nampaknya merasa sebel dengan celotehan penolakan disuntik dengan alasan vaksin mengandung zat babi.
"Jadi, berarti saya tidak bisa ikut umrah, ya?"
"Jadi, harus juga disuntik?"
"Iya," kata petugas sambil menganggukan kepala.
Lalu, ia beranjak dari kursi menuju petugas lainnya yang sudah memegang jarum suntik. Penyuntikan dilakukan hanya membutuhkan waktu sekitar satu menit. Tapi, prosedurnya itu yang harus diikuti butuh waktu lama. Dimulai mengisi formulir, menunggu nomor panggilan antrean, bayar di kasir lalu dipanggil untuk wawancara dan penyuntikan vaksin.
Tak lama si bapak yang merengek tak mau disuntik tadi kembali duduk di kursi semula. Kewajiban suntik vaksinasi telah diterimanya. Ia menerima buku sertifikat vaksin meningitis. Lalu, mengucap terima kasih dan ngeloyor menuju pintu. Keluar.