Pada tahun sebelumnya proses ini dilakukan saat jamaah tiba di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi. Pada tahun ini untuk pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah imigrasi di Arab dan faktor kelelahan karena mengantre.
Khusus dari ketiga embarkasi tersebut, jamaah akan melakukan proses verifikasi akhir (pre clearence) berupa perekaman satu sidik jari dan stempel paspor di Bandara Cengkareng dan Surabaya.
Kenapa hanya di Cengkareng, ia menjelaskan adanya keterbatasan waktu dan negosiasi yang baru mencapai sepakat pada akhir bulan puasa. Kedua adanya keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Direktorat Jenderal Imigrasi Arab Saudi.
**
Lantas, mengapa rekam biometrik ditolak?
Sederhana sih alasannya, yaitu, jemaah umrah mengalami kesulitan lantaran kantor VFS-Tasheel baru ada di beberapa titik, seperti Aceh, Medan, Jakarta, Semarang, Makassar dan lain-lain.
Sebelumnya, asosiasi pengusaha travel umroh bersama puluhan masyarakat, melakukan aksi damai ke Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sumut, di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Rabu (3/10). Intinya, mereka menolak kebijakan pemerintah Arab Saudi, yang menerapkan visa biometrik melalui VFS-Tasheel.
Seperti penulis saksikan, pagi hari sebelum Cipinang Indah Mall dibuka, jamaah umrah sudah datang ke kantor Tasheel. Mereka disambut ramah petugas di depan pintu dan selanjutnya masuk ke ruang untuk mengambil foto biometrik dan sidik jari.
Nah, di dalam ruangan, petugas menanyai nama penulis dan tanggal lahir. Padahal di dalam paspor yang diserahkan sudah tertera. Lantas, petugas sambil melakukan perekaman, lembaran paspor dimasukan ke dalam mesin print.