Dapat dikatakan iya, bila yang bersangkutan memahami esensi ibadah haji. Lapangan pengabdian lain untuk meningkatkan kesalehan (sosial) terbuka. Seperti menyantuni anak yatim, membantu korban bencana alam dan membantu pembangunan rumah ibadah dan lembaga pendidikan di daerah korban bencana alam.
Bila dijawab tidak, ya karena faktor ria, kesombongan. Haji telah dijadikan status sosial. Coba perhatikan, banyak warga menunaikan ibadah haji bikin pengumuman secara luas bahwa dirinya tengah ibadah di Mekkah. Pulang haji, pakai peci putih dan jika tak dipanggil pak haji marah. Heheh, konyol.
Mengingat penyelenggaraan haji berlangsung setiap tahun, maka hal seperti ini perlu terus menerus disosialisasikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H