Suasana nonton bareng debat Pilpres di pos pangkalan ojek jauh lebih asyik daripada di rumah. Minggu malam (17/2/2019) penulis keluar rumah saat acara tersebut berlangsung dengan alasan kepada isteri membeli obat.
Isteri mengiyakan dan setujui. Bahkan ditanyai apakah dompet penulis masih cukup untuk membeli obat.
"Kalau kurang mama tambahin uangnya, nih!"
"Cukup. Di kantong masih ada cepek. Obat mata berapa sih harganya," jawab penulis sambil berjalan meninggalkan rumah.
Berjalan menuju pos pangkalan ojek cukup menguras keringat. Berjalan kaki sekitar 300 meter. Di situ, di ujung persipangan jalan Ceger Raya, Cipayung, Jakjarta Timur, penulis saksikan, ada sekitar 6 orang pengojek tengah duduk teratur menghadap di layar televisi.
Sayang, televisi yang digunakan di hadapan mereka sudah jadul. Jadi, harap maklum, sering terlihat semut alias tidah jelas.
Meski begitu, ada di antara pengojek berusaha keras membetulkan antena tivi luar yang terpasang di atap untuk diletakan pada posisi yang pas. Dengan harapan, paling tidak gambarnya dapat ditangkap dengan baik. Tapi, meski gambar tak sempurna, mereka antusias untuk menyaksikan debat Pilpres tahap kedua.
"Jadi, ke depan kita tidak impor beras lagi," sahut rekannya ketika depat Pilpres itu dipotong tayangan iklan.
Salah seorang pegojek lain ikut nimbrung, ikut bicara menyikapi pembicaraan rekannya sehingga suasana di pos pangkalan ojek tersebut terlihat ramai meski suasana lalu lintas dan suara bising klakson mobil seolah ikut ambil bagian.
Kalau bendungan banyak yang dibetulkan. Kalau jalan raya banyak yang bagus, hasil pertanian di daerah paling dalam, di desa paling jauh, bakal mudah terjual. Sebab, orang kota bakal nyerbu ke desa. Mereka bakal beli tanah lebar-lebar seperti Pak Prabowo untuk dijadikan lahan pertanian. Nah, kalau begitu, pertanian ke depan bakal maju.