Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bir Pletok dan Segudang Manfaatnya bagi Kesehatan

9 Februari 2019   21:30 Diperbarui: 10 Februari 2019   16:56 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu tengah memberi rempah-rempah di sebuah pasar tradisional. Foto | Dokpri

Jangan lupakan kayu manisnya. Juga kayu secang dan cabe jawa. Hindari pemakaian gula pasir, tapi campurkan gula aren, sereh dan jahe merah plus sereh agar bir nanti terasa hangat. Kalau pandai memasaknya, bir pletok akan banyak mengobati berbagai penyakit. Kala diminum saat musim penghujan seperti sekarang ini, dapat dipastikan anda akan merasakan sensasinya.

"Yang jelas, rasanya enak. Hangat. Ini baru bir pletok," kata Bang Rokib, pedagang kopi di kawasan pinggiran Jakarta.

Belakangan ini Bang Rokib lebih banyak menjual minuman bir pletok. Tapi bukan berarti ia meninggalkan jualan kopi. Hanya saja, kopi yang dijual berbeda dengan yang sebelumnya. Kalau dahulu ia menjual kopi seperti pada umumnya, yaitu kopi plus gula tebu, namun untuk yang saat ini dijual adalah kopi-gula-jahe merah dan kayu manis.

"Wuih, aroma kopinya menyengat. Menantang untuk diminum kala hujan," ia menjelaskan.

Kopinya sih biasa-biasa saja. Kopi giling yang banyak dijual di sejumlah pasar tradisional. Tapi yang hebatnya itu, tambahannya. Karena itu, jualan minuman Bang Rokib makin diminati. 

Saat malam hari datang, usai ba'da Isya, warung dipenuhi para anak muda. Generasi tua juga menggemari. Mereka ngobrol, diskusi tentang politik hingga kopi habis dan kembali dipesan lantaran pembahasan belum tuntas.

Pedagang rempah-rempah. Foto | Dokpri
Pedagang rempah-rempah. Foto | Dokpri
Nah, begitu juga bir pletok. Bir tanpa alkohol dan menjadi ciri miniman khas Betawi ini belakangan mulai naik daun. Peminatnya pun makin banyak. Sebab, selain nikmat juga harganya dapat terjangkau. Bir pletok memang beda dengan minuman beralkohol yang banyak diperjual-belikan di kalangan orang kelas atas di sejumlah kafe.

Sekarang ini untuk mendapatkan resep bikin bir pletok, siapa pun, terutama di kalangan generasi zaman now, akan mudah mendapatkannya melalui internet. Tapi, sekadar mengingatkan, penulis ingin membagi pengalaman cara membuat bir pletok.

Siapkan 2 ruas jari kayu masoyi, 5 sayatan kayu secang, 2 ruas jari kayu manis, 5 butir cengkeh, 2 butir pala, 3 butir kapulaga, 2 buah cabe Jawa, 3 lembar sereh, 4 lembar pandan, 4 lembar daun jeruk purut, 1 sendok garam, 5 ons jahe merah, 1 kg gula pasir, 3 lite air.

Untuk pembuatannya, perlu diingat, jangan gunakan wajan terbuat dari aluminium. Gunakan wadah terbuat dari tanah atau wajan stenlis. Sebab, wadah yang terbuat dari aluminium tidak bagus karena dapat bereaksi secara kimia.

Kayu manis dan rempah-rempah lainnya banyak dijual di pasar tradisional. Foto | Dokpri
Kayu manis dan rempah-rempah lainnya banyak dijual di pasar tradisional. Foto | Dokpri
Cara membuat:
  1. Cuci bersih jahe merah lalu potong kecil.
  2. Masukkan jahe merah, garam, dan seluruh rempah-rempah ke dalam wajan yang sudah diisi air, kemudian rebus di atas kompor dengan api sedang.
  3. Setelah mendidih, masukkan gula aren.
  4. Aduk larutan selama proses pemasakan untuk menghindari pergerakan.
  5. Sebelum mengental, ambil jahe dan rempah-rempah.
  6. Ketika mulai mengental dan berbusa, kecilkan api dengan tetap melakukan pengadukan secara perlahan dan merata.
  7. Apabila air sudah menguap akan terbentuk serbuk atau kristal.
  8. Lakukan pengayakan terhadap serbuk untuk mendapatkan serbuk yang lembut atau halus.
  9. Sisa serbuk yang berbentuk gumpalan dimasukkan ke dalam blender untuk dihancurkan agar lebih lembut.
  10. Serbuk bir pletok hasil ayakan kemudian disimpan dalam wadah atau dikemas, siap disantap.

***

Sereh kini banyak diminati untuk minuman. Foto | Dokpri
Sereh kini banyak diminati untuk minuman. Foto | Dokpri
Sejarah membuktikan bahwa beraba-abad silam para pedagang rempah-rempah manca negara berpayah-payah mengunjungi Indonesia, terutama Maluku -- yang kala itu setiap jengkalnya ditumbuhi pohon rempah-rempah bernilai tinggi. Portugis, Belanda dan Inggris berebut rempah-rempah yang kala itu disebut "emas hijau".

Dari sisi historis, kala Kerajaan Sriwijaya berada pada zaman keemasannya, Maluku berada dalam kekuasaan perdagangannya. Saat Majapahit mengambil kekuasaan maritim pada abad 14, hampir seluruh wilayah perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara dikuasai oleh para pedagang dari Jawa.

Secuil kisah tentang rempah-rempah pada zaman baheula itu memberi gambaran kepada kita bahwa Indonesia kaya akan rempah-rempah. Lalu, mengapa kini belum dioptimalkan manfaatnya?

Sebut saja kayu secang sebagai bahan pembuatan bir pletok. Ternyata, kayu tersebut bermanfaat untuk kesehatan tubh. Salah satu manfaat kayu secang yang sudah banyak diteliti adalah sifat anti tumornya, anti radang dan merangsang sistem imun, menurunkan gula darah dan menjaga kesehatan hati.

Berikutnya kayu manis. Ternyata, air rebusan kayu manis yang dicampur dengan madu adalah minuman terbaik untuk menurunkan berat badan, meringankan kram menstruasi, meningkatkan imunitas. Mengurangi efek buruk PCOS.

(PCOS atau sindrom ovarium polikistik, adalah kelainan hormonal yang terjadi pada wanita yang menyebabkan ovarium membesar dengan kista yang berkembang di sisi luar. Minum air rebusan kayu manis diketahui bisa mengurangi efek buruk PCOS dan menurunkan resistensi insulin pada wanita yang sedang menderita PCOS).

Manfaat lainnya, meningkatkan fungsi otak, meredakan sakit gigi. Mencegah diabetes dan kanker.

Cabe jawa. Foto | Dokpri
Cabe jawa. Foto | Dokpri
Demikian pula tanaman cabe jawa. Ini adalah sejenis rempah rempah yang masih berkaitan dengan famili lada. Cabe jawa bernama latin piper retrofractum. Tanaman ini kadang juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Sesuai dengan namanya tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah Jawa.

Selain sebagai tanaman hias, cabe jawa juga dimanfaatkan sebagai salah satu bumbu dapur untuk memasak makanan yang nikmat dan lezat.

Cabe jawa mengandung senyawa seperti piperine, minyak atsiri, sesamin, benzene dan palmitic ascid yang bermanfaat di bidang kesehatan untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti: deman, beri-beri, anemia, sakit gigi, sakit kepala, kolera, flu, sakit pinggang, mual, dan diare. Sedangkan daun serai yang digunakan untuk pembuatan bir pletok itu bermanfaat membantu sistem percernaan.

Mengapa? Karena zat anti mikroba yang ada di dalamnya, serai membantu fungsi usus dan pencernaan, mengalahkan insomnia dan menurunkan berat badan dan menjaga kesehatan kulit.

Kayu manis kiriman Ibu Tjiptadinata Effendi. Foto | Dokpri
Kayu manis kiriman Ibu Tjiptadinata Effendi. Foto | Dokpri
Terlalu panjang dibahas jika satu persatu rempah-rempah yang dimanfaatkan untuk pembuatan bir pletok. Bir pletok kadang  hadir di pesta-pesta pernikahan warga Betawi. Rasa manis, pedas, dan hangat membuat minuman ini menjadi digemari masyarakat Betawi hingga turis asing.

Tapi perlu sedikit disinggung tentang kayu manis yang digunakan sebagai campuran kopi dan bir pletok. Ini penting. Rupanya, manfaat kayu manis seperti diuraikan di atas, telah menjadi kebiasaan rutin dikonsumsi oleh seorang kompasianer. Ini adalah rahasianya mengapa ia selalu tempil bugar meski usia sudah tergolong tua. Dia selalu setia mengonsumsi air seduhan kayu manis secara rutin. Siapa dia? Dia adalah Bapak Tjiptadinata Effendi.

Kala bertemu dengan Pak Tjiptadinata Effendi dan ibu dengan penulis di Restoran Sari Minang, Kamis (17/1/2019), penulis mendapat penjelasan, kayu manis memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. "Saya selalu mengonsumsi setiap hari," ia menjelaskan.

Memilih rempah berkualitas. Foto | Dokpri
Memilih rempah berkualitas. Foto | Dokpri
Menjaga kesehatan itu penting. Kayu manis, lanjutnya, memberi manfaat juga bagi kesehatan mata. Karena itu, ia menawarkan kepada penulis jika mau mengonsumsi kayu manis akan dikirim. Betul, kiriman kayu manis telah diterima penulis pada Kamis (7/2).

Menariknya dari kayu manis yang dikirim itu, ternyata berbeda-beda kelasnya. Kayu manis punya "grade". Dan kayu manis yang dikirim Ibu Roseline Tjiptadinata Effendi diberi penjelasan AA Kerinci, A Kerinci, KA Bangko, KBH Kerinci dan KC Kerinci.

Penggolongannya itu, bisa jadi berdasarkan kadar air dan kualitas dari kayu itu sendiri. Dengan begitu, penulis menjadi yakin, rempah-rempah di negeri kita memang punya manfaat besar. Pantas saja, dulu, Portugis, Inggeris dan Belanda demikian ngotot ingin menguasai perdagangan rempah-rempah.

Kalau saja kita memanfaatkan rempah-rempah itu sebagai minuman, tentu minuman dari mancanegara bisa kita kalahkan, mengapa tidak?

Sumber bacaan satu dan dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun