Realitasnya, di media sosial, dijumpai ulama seperti "main sikut", berakrobat dalam mengeluarkan kata-kata tajam. Ada yang manis kalimatnya. Ada pula menghentak telinga kata-katanya. Ada yang saling menjelekan hingga berurusan dengan pihak berwajib. Kita berharap, ulama tampil kedepan memberi kesejukan.
Sayangnya, umat kini seperti tengah kehilangan ulama. Bisa jadi, karena ulama yang diharapkan umat itu baru hadir di bumi pertiwi 100 tahun ke depan. Itulah yang membuat sang ustaz dan penulis menjadi sedih. Apa lagi ada umat -- yang seharusnya dapat memberi contoh -- malah mengolok-olok ulama.
Sesungguhnya, kalau bukan kita yang menghormati ulama, lantas siapa yang paling pantas membacakan doa kepada dirinya setelah ajal menjemput.
Ingat! Ulama adalah garda terdepan yang memiliki otoritas memberikan kesejukan kepada umatnya. Â Karena otoritasnya itu, banyak ulama telah memberi kontribusi positif bagi negeri tercinta ini. Maka, hindarilah mengolok-olok ulama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H