Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Abaikan Aturan Penyebab Hilangnya Hak Pejalan Kaki

22 Januari 2019   21:12 Diperbarui: 22 Januari 2019   21:19 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trotoar di kawasan HI kini makin indah. Foto | Dokpri

"Saya mencari sesuap nasi di sini, mas! Ya, itu. Bukan segenggam berlian loh," kata seorang pedagang seafood.

HakPejalanKaki memang dirampas. Kenyamanan ketika berjalan di trotoar terasa "terbang" begitu saja. Belakangan muncul fenomena baru, trotoar dimanfaatkan untuk parkir motor. Lihat di depan RS Budi Asih, Jalan Dewi Sartika. Di tempat lain, trotoar bukan hanya dimanfaatkan para pengojek, juga dijadikan lahan sebagai penitipan motor. Ini terjadi bukan aparat tidak tahu, tetapi melakukan pembiaran karena tidak punya solusi.

Coba saksikan jika anda melintas di kawasan Kramat, Jakata Pusat. Persis di markas PMI Jakarta. Trotoar dimanfaatkan sarana parkir karena di kawasan itu tak ada lahan untuk parkir.

Terminal di Pahang sangat bersih. Bebas dari pedagang kaki lima. Foto | Dokpri
Terminal di Pahang sangat bersih. Bebas dari pedagang kaki lima. Foto | Dokpri
Sejatinya, perbaikan trotoar di Jakarta -- yang dilakukan jelang Asian Games 2018 -- secara bersar-besaran, sayogianya dibareng dengan pembangunan gedung parkir. Sungguh, Jakarta membutuhkan gedung parkir yang baik didukung fasilitas memadai seperti tempat shalat, istirahat bagi para sopirnya disertai catatan bukan dijadikan kawasan kumuh baru.

Bercermin dengan negara tetangga, Malaysia. Untuk terminal saja diatur sedemikian bagus. Trotoarnya bersih dan bebas dari pedagang kaki lima. Mengapa kita tidak bisa tertib.

Sejatinya, orang Indonesia itu bisa jauh lebih tertib. Ambil contoh, ketika bertandang ke Singapura, misalnya. Mereka bisa mengindahkan aturan yang ada, seperti tidak membuang sampah sembarangan. Orang Indonesia bisa ikut tertib karena disamping aturan setempat tegas juga aparatnya tidak pandang bulu.

Pemda DKI Jakarta juga bisa berbuat demikian. Bisa menyontoh Singapura atau Malayasia dalam menertibkan trotoar bebas dari pedagang kaki lima. Pedagang diatur di tempat khusus.  

Mengindahkan aturan memang perlu "tangan besi", bukan memberi toleransi yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun