Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Suara Akar Rumput Pilpres 2019 di Pahang

14 Januari 2019   11:34 Diperbarui: 14 Januari 2019   11:42 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Nas, sopir taksi di Pahang yang mengantar penulis. Ia selalu ikuti dinamika politik di Tanah Air. Foto | Dokpri

Bila anda ingin akrab dengan warga Malaysia, ajaklah mereka bicara politik seputar Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, apa dan bagaimana proses pemilihan kepemimpinan di Tanah Air kita. Mendengar  Pilpres, telinga mereka akan seperti gas dalam tabung korek  dan menyambar  setelah pemantiknya mememercikan api.

"Negeri boleh beda, hati tetap di Tanah Air," kata Abang Nasuition, seorang sopir taksi yang mengantar penulis dari Pelabuhan Setulang menuju station bus Larkin, Pahang. Penulis berada di negeri bagian Malaysia itu dalam rangka mengisi liburan akhir tahun.

Penulis tak tahu nama lengkap pengemudi taksi ini. Namun ia lebih senang dipanggil Pak Nas atau Nasution. Hehehe seperti nama tokoh besar negeri kita, Abdul Harus Nasuiton seorang jenderal besar yang berasal dari Sumatera Utara.

Pak Nas yang mengaku sudah 40 tahun sebagai warga Malaysia selalu mengikuti politik di Tanah Air. Disebut, warga Indonesia yang fasih berbahasa Melayu tak pernah melupakan negeri kelahirannya. Termasuk suasana politik di dalam negerinya. 

Pilpres, mulai tahap pencalonan hingga munculnya dua kekuatan: Prabowo -- Sandi yang berhadapan dengan petahana Jokowi -- KH Ma'ruf Amin, pemberitaanya diikuti melalui media massa.

Siaran televisi Malaysia, seperti juga disaksikan penulis, banyak menanyangkan pernyataan-pernyataan kedua kubu yang bersaing dalam Pilpres. Pak Nas menyaksikan, iklim demokrasi di Indonesia demikian maju. Bahkan dipandang kadang melebihi kepatutan. Disebut demikian, karena ada pernyataan yang dapat "membakar" hati rakyat.  Ia tak menyebut hati rakyat yang mana tengah "terbakar".

Yang jelas ia khawatir pernyataan seperti itu bisa menimbulkan protes keras rakyat seperti yang terjadi di Malaysia, yaitu seperti pernyataan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Muhammad menyebut akan mencabut hak istimewa ras Melayu. Pernyataan itu sungguh melukai para raja Melayu yang disusul demontrasi seperti di Pahang tempo lalu.

Nah, untuk di Tanah Air, seperti disebut Pak Nas itu, warga Malaysia yang masih punya ikatan emosional dengan tanah kelahirannya juga sering mendiskusikan pernyataan elit politik Indonesia di sejumlah kedai kopi di Pahang.  Diskusi politik di Pahang tentang Pilpres sungguh menarik, baik dari kalangan akar rumput hingga pedagang kelas atas.

Fenomena itu sama seperti yang terjadi di Batam, Kepri. Jika anda punya urusan yang harus diselesaikan dengan elit politik, tak sulit untuk menjumpainya. Cukup datangi sejumlah kedai kopi yang berpenampilan keren hingga sederhana berada di pojok ruas jalan.

Nah, begitu juga di Pahang. Kala penulis masuk, mengucapkan salam, lalu diajak ngobrol. Pedangang kopi datang dan menawarkan minuman kopi, kopi o dan kopi susu.  Atau teh tarik yang terkenal itu.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun