Meski begitu, posisi Jokowi bisa saja disodok. Tapi tak bakal menembus dari angka yang kini didapat, Jokowi dipandang unggul di atas 60 persen dibanding Prabowo. Kalaupun Prabowo ubah strategi untuk menang, angkanya tidak tinggi sebab sudah terlambat mengejar terlebih lagi kerjanya dalam kampanye menjelekan lawan dengan kebencian.
Ah, sudahlah Pak Nasution jangan jelekan kandidat Pilpres kami kamu sudah jadi warga Malaysia, jadilah orang baik di negeri jiran dan kerja dengan baik agar bisa menyejahterakan anak dan isteri, pintaku.
Ia tak mau berhenti berceloteh, malah seolah mamaksa untuk bicara banyak. Katanya status warga tak mengubah rasa cinta akan negeri Indonesia.
Indonesia di mata warga Malaysia sesungguhnya disegani, kala korpusi sering menjadi pembicaraan hangat di media massa rasa hormat menjadi berkurang sebab korupsi menghalangi upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat.
"Saya sudah 40 tahun di Pahang. Paham betul pertarungan politik di Tanah Air," ia menjelaskan.
Agar pembicaraan Bang Nasution itu tidak makin melebar, penulis mengalihkan ke pembicaraan soal kebersehihan sungai Temerloh. Mengapa bisa seindah itu?
Mudah saja, katanya, pemerintah Malaysia banyak uang, bangun infrastruktur jalan dan jembatan. Termasuk pengaturan pengelolaan personil sungainya dengan membuat aturan tegas dilarang membuang sampah ke sungai. Rumah dilarang keras hadir di tepi sungai.
Menjaga sungai bersih itu tak susah. Ketahuan pelaku kotori sungai, tangkap dan denda.
Nah, karena sungai itu indah, kami pun berfoto bersama isteri. Â Ya, ingat-ingat masa mudalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H