Senyatanya, meski telah mendapat pembekalan cara mengenakan pakaian ihram (saat manasik haji) tapi tetap saja seseorang merasa belum pas mengenakan pakaian ihram. Mengapa? Karena mereka tak terbiasa mengenakan pakaian (selembar kain) berwarna putih dan tanpa jahitan di kawasan berudara panas gurun pasir Arab Saudi.
Penulis pernah menyaksikan serombongan jamaah haji dari Tanah Air, dengan mengambil miqat (tempat dan waktu pelaksanaan umroh/haji), terlihat di Bandara King Abdul Aziz, ada beberapa calon jemaah merasa belum sempurna pakaian ihram yang dikenakan.
Seorang jemaah yang baru tiba, bertanya-tanya kepada rekan sekitarnya di kamar kecil Bandara. Katanya, apakah pakaian ihram yang dikenakannya itu sudah benar. Rekan lainnya bertanya kepada rekan di sebelahnya, apakah sudah pas, atau belum.Â
Panduan singkat mengenakan pakaian Ihram
Dalam ibadah haji dan umrah, baik lelaki maupun perempuan, wajib hukumnya menutup aurat.Â
Kaum lelaki, ketika mengenakan ihram yang bersangkutan tak boleh memakai pakaian berjahit. Antara lain seperti celana atau pun dua sisi belahan kain yang dipertemukan dengan jahitan.
Bagi kaum perempuan, wajib mengenakan pakaian putih tanpa penutup muka dan telapak tangan. Namun diperbolehkan menggunakan pakaian berjahit dan perhiasan emas.
Dasar larangan mengenakan pakaian berjahit bagi lelaki ketika mengenakan ihram adalah hadits Nabi yang diterima ibnu Umar.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda,"Tidak boleh orang yang sedang ihram memakai kemeja, sorban, kopiah, celana dan pakaian yang dicelup dengan wangi-wangian."Â Ihram merupakan niat untuk melaksanakan haji dan/umroh.
Ihram dilakukan dengan melafazkan niat. Secara umum niat itu dapat berupa bahwa ia telah berniat melaksanakan ibadah haji, dan untuk itu pula berihram dengan ikhlas karena Allah semata. Calon jemaah haji yang sudah mengenakan ihram dikenai larangan sampai yang bersangkutan melakukan tahallul (potong rambut) usai tawaf dan sa'i.