Tauge Goreng tidak lagi dapat dipandang sebelah mata, karena sebagai hidangan vegetarian kini jauh dari kesan "rendahan", sudah naik kelas dan dapat dinikmati para orang-orang berkelas pada pesta-pesta pernikahan di kalangan orang berstrata sosial atas.
Wuih, keren. Sekarang touge dapat hadir di pesta pernikahan orang kelas atas.
Padahal, jika diingat masa lalu, kala penulis masih banyak mengenakan celana pendek, menyaksikan para pedagang tauge (toge) terasa menyedihkan. Mengapa? Â Ya karena tampilannya itu "kumel". Â Si abang penjualnya itu tampil mengenakan pakaian seadanya. Ia hadir hanya di tepi jalan perkampungan.
Terlihat kotor disebabkan si abang harus menghadapi asap dari tungku, Â tempat masaknya yang menggunakan kayu bakar. Asap mengepul ketika si abang memasak tauge. Tentu saja si abang tak bisa menghindar dari paparan asap ketika beraktivitas.
Meski begitu, sekarang pedagang tauge pikulan sudah banyak berpenampilan rapi. Bahkan ada di antara pedagang ini dilakoni para ibu rumah tangga. Para ibu menjual tauge gorengan dengan menggunakan gerobak. Mereka mangkal di tepi persimpangan jalan.
Sampai saat ini cara memasak tauge goreng tak berubah. Tauge dimasak langsung di hadapan pembeli menggunakan tungku yang sederhana. Meski disebut tauge goreng, tapi tidak digoreng menggunakan minyak, tapi direbus dengan sedikit air panas.
Pakar kuliner menyebut, kuah oncom kental ini dibuat dengan cara menumis oncom yang sudah dilumatkan menggunakan ulekan atau penumbuk, ditumis dengan memakai sedikit minyak goreng, dan ditambahi bumbu dapur, termasuk lengkuas, bawang merah, daun salam, irisan tomat, daun bawang, kucai, dan tauco (pasta fermentasi kacang kedelai), kecap manis, air jeruk nipis, dan garam. Ya, tentu saja masakan ini makin gurih rasanya.
Belum lama ini penulis menghadiri pesta pernikahan Imam Firmansyah dengan Resta Radita Dwi Cahya. Imam adalah putera dari Haji Naih Riyadi, seorang pemuka di Kampung Cikuda, Kecamatan Gunung Puteri, Kabupaten Bogor. Lokasi kampung ini tak jauh dari Jakarta, ya sekitar 20 km.
Perhelatan pesta digelar di Jalan Pancasila, Cikuda. Ketika penulis perhatikan, jalannya pesta pernikahan di kampung ini tak berubah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Seluruh anggota keluarga dilibatkan, ada yang menjadi among tamu dan melayani para tamu dari kampung sebelah hingga luar kota.
Loh, kok disebut masakan khas Betawi dan Sunda?
Ya, karena sampai saat ini tauge goreng diklaim sebagai masakan khas Sunda dan Betawi. Belum ada penelitian asal-usul tentang dari mana masakan itu berasal. Tapi, terpenting, siapa pun yang mengaku menyukai masakan ini tak perlu merasa jumawa. Terpenting tauge goreng rasanya memang enak dan pantas tampil dan disuguhkan kepada para tamu berkelas. Apalagi disuguhkan dalam kondisi panas.
Tauge goreng kini bukan lagi makanan kampungan. Berbagai laman menyebut bahwa tauge goreng adalah hidangan vegetarian bercitarasa gurih yang dibuat dengan cara menumis tauge dengan sedikit air panas, ditambah irisan tahu, ketupat atau lontong serta mi kuning, disirami saus atau kuah kental gurih yang terbuat dari oncom.
Jadi, jika anda tengah menghadiri pesta pernikahan dan melihat tauge goreng, tak perlu ragu untuk mencicipinya. Tentu, pasti sedap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H