Persis, ketika itu para bocah bagai laron mendatangi lampu patromak dengan diiringi tawa riang.
**
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada 20 November 2018. Sebutan maulid di kalangan warga Betawi dulu disebut 'maulud'.
Yang menarik, ketika penulis ikut peringatan maulid di kawasan Pisangan, Cipinang Muara, Kebon Nanas (Jakarta Timur) dan beberapa daerah di Semper (Jakarta Utara), dan beberapa perkampungan Betawi di Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat, setiap wilayah punya ciri khas masing-masing.
Namun soal makan bersama dengan nampan di masjid punya kesamaan. Hanya saja, seperti di Condet, kebanyakan yang disajikan adalan nasi kebuli. Boleh jadi lantaran di situ banyak warga keturunan dari Timur Tengah. Saudara kita, memang para habib banyak bermukim di kawasan itu.
Esensi dari kegiatan Maulid itu berupa puisi panjang yang digubah oleh para ulama besar yang juga ahli syair, yang di Betawi disebut dengan rawi, dan umumnya berasal dari kitab Syaraf al-Anam karya Syaikh al-Barzanji yang dikenal dengan Rawi al-Barzanji dan kitab Ad-Diba`i karya al-Imam Abdurrahman bin Ali ad-Diba'iasy-Syaibaniaz-Zubaidi yang dikenal dengan nama Rawi ad-Diba`i walaupun ada pula yang berasal dari kitab Maulid Azabi, karya Syaikh Muhammad al-Azabi.
Jakarta Islamic Centre (JIC) pernah mengadakan Workshop Maulid Nabi SAW Khas Betawi beberapa tahun silam. Rakhmad Zailani Kiki, pemerhati budaya, menyebut ada perbedaan pelaksanaan peringatan Maulid di Jakarta tempo doeloe Perbedaan itu antara lain soal penyemprotan minyak wangi, makan nasi uduk dan lauk pauknya.
Termasuk bacaan Maulid Azabi (RawiAzabi) dan doa rawi
Khusus di Betawi Rawa Belong (termasuk Kampung Baru, Cidodol, Kebon Nanas, dan Kebayoran Lama), biasanya peringatan Maulid Nabi SAW lebih banyak ditemui pada acara "malam mangkat" atau acara sebelum akad nikah. Dengan ciri khas menabuh rebana ketimpring ketika pembacaan asyrakal.
Bacaan yang dibaca adalah kitab Syaraf al-Anam yang kadang dibaca secara bergantian. Di tengah-tengah peserta dan pembaca MaulidNabi SAW sudah disiapkan kembang, air putih satu gelas, stanggi sebagai pengharum ruangan, dan minyak wangi (HajarAswad) yang ketika sampai kepada pembacaan asyrakal akan dicolekkan ke tangan yang hadir.
Pada kesempatan lain, ketika sampai kepada pembacaan asyrakal dinyalakan petasan. Setelah itu, dilakukan pembacaan doa penutup. Disusul kemudian dengan acara menyantap hidangan khas, yaitu kue pepe, air teh, dan kopi.Â