Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Patut Ditiru Kearifan Lokal Bancakan dari Desa Terate Udik, Cilegon

8 November 2018   22:11 Diperbarui: 9 November 2018   11:49 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustaz Haeruddin ketika ngobrol dengan penulis. Foto | Dokpri

Lebih jauh dari itu, antarwarga yang menghuni kawasan padat tersebut umumnya memiliki jiwa gotong royong tinggi. Rumah ibadah terdekat, yang oleh warga setempat dikenal sebagai Masjid Sumpah, ternyata telah memberi spirit beribadah dalam suasana kebersamaan. Saling menguatkan silaturahim karena selalu saja di masjid "berkaromah" itu digelar berbagai kegiatan zikir, ceramah dan kegiatan sosial lain yang bermanfaat.

Nah, dalam kaitan acara Bancakan, penulis kembali berkeliling kampung ini pada siang hari. Ternyata, kesibukan warga meningkat. Mereka banyak memotong unggas berupa ayam dan bebek. Hewan peliharaan ini disembelih dengan sengaja sebagai menu makanan istimewa pada acara Bancakan.

Acara bancakan itu sendiri digelar di ruang terbuka pada tiap gang dan diikuti beberapa kelompok warga di gang yang sama, antara tujuh hingga 10 kepala keluarga (KK). Jika yang disuguhkan ayam, tentu akan ada menu lain tentu sebagai pelengkap. Setidaknya sambal dan kerupuk (meninjo) yang jadi ciri khas kampung Terate Udik.

Kumpulnya kegiatan Bancakan para warga ini, jika dilihat dari sisi kebersamaan, tentu sudah jarang terjadi di sejumlah kota besar. Silaturahim yang kuat, meski hidup dalam suasana ekonomi tak menggembirakan, akan memudahkan segala urusan dan mendatangkan pahala.

Ustaz Haeruddin ketika ngobrol dengan penulis. Foto | Dokpri
Ustaz Haeruddin ketika ngobrol dengan penulis. Foto | Dokpri
Acara Bancakan yang dihelat setiap penghujung Safar, dan menyambut bulan Muharam, jangan dipandang sebagai acara musyrik. Ini penting ditekankan, karena masih banyak pihak tidak memahami tradisi turun menurun ini. Penulis sendiri mendapat penjelasan bahwa Bancakan sudah lama ada di kampung tersebut.

Yang penting ditekankan, sebelum acara dimulai, para warga kumpul. Lantas, di situ pak ustaz atau orang tua membacakan doa keselamatan bagi warga. Karena itu, acara ini juga dimaknai sebagai tolak bala. Harapannya, setiap langkah atau perbuatan yang didedikasikan untuk kemaslahatan orang banyak membuahkan pahala.

Ritual Bancakan bagi warga Terate Udik adalah wujud implementasi keimanan. Bukankah Allah sendiri telah memerintahkan umatNya untuk meyakini hal yang gaib. Bukankah keimanan kepada yang ghaib itu merupakan asas untuk memeluk agama.

Asas memeluk agama ialah beriman kepada yang ghaib. Sebab, hal itu merupakan salah satu dari rukun iman.  

Sejauh ini kegiatan Bancakan oleh pemuka agama setempat diharapkan dapat dilestarikan. Banyak nilai positif, antara lain lahirnya semangat bergotong royong dan kepedulian sosial antarsesama. Maknanya, warga diajak untuk meningkatkan hubungan vertikal dengan Allah dengan segala ritualnya. Juga meningkatkan hubungan horizontal antarsesama dengan meningkatan kesalehan sosial.

Sayangnya, acara itu belum dioptimalkan. Bancakan sepatutnya dapat dijadikan sebagai instrumen program pemerintah setempat untuk memberdayakan warga lebih maksimal, untuk meningkatkan kesejahteraan setempat secara relegius dan berkesinambungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun