Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cemburu] Perempuan Boyolali ini Bikin Cemburu

5 November 2018   07:58 Diperbarui: 5 November 2018   20:41 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar penjelasan Bogel seperti orang main kartu yang dipirit-pirit, Bang Thamrin nampak berusaha menahan emosi. Kalau Bogel dimarahi, bisa jadi lain waktu tak mau membuka mulut. Kalau dibaein, dielus-elus seperti seekor kucing, malah tambah senang. Apa lagi diberi uang pula.

Bang Thamrin melempar senyum kepada Bogel sambil menepuk punggungnya, lalu mengucap terima kasih. Tak lama, Bang Thamrin mengarahkan pandangan ke jalan. Giginya gemeretak, tangan bergetar dan mengepal keras.

Tapi ia tetap saja berusaha tampil ramah di hadapan Bogel. Hanya, bicaranya jadi melambat dan bersuara serak-serak basah. Lantas, ia minta agar Bogel terus mengawasi keberadaan Fitri di rumah kontrakan kakaknya di Gang Renum. Ada tambahan tugas untuk Bogel, harus mengawasi si Bowo. Bang Thamrin kini khawatir Bowo sering keluyuran ke Gang Renum.

**

Merasa ngebet dan takut Fitri direbut Bowo, maka Bang Thamrin harus mengambil sikap tegas. Fitri, pikirnya, harus jatuh ke tangannya. Jadi bininya. Bowo harus diajak bicara. Kalo dia bersikeras, tak ada pilihan. Main keras juga harus dihadapi. Ilmu tenaga dalam dan kemahiran pencak silat harus dikeluarkan. Namun ia sadar, sesumbar tak perlu. Harus kalem menghadapi pentolan tukang ojek ini.

Kalau Bowo pernah main silat, sekalipun jadi ketua perkumpulan silat, nggak perlu ditakuti. Badannya saja kelihatan terlalu subur, mudah ditendang mundur. Gampang tersungkur. Paling banter dia punya keahlian teriak doang, pikir Bang Thamrin sambil berjalan ke kediaman mpoknya, Rogayah.

Tujuannya ke rumah empoknya, tak lain untuk minta pertolongan agar Rogayah segera datang ke kediaman kakaknya Fatiem. Bang Thamrin minta ketegasan Fitri, mau atau tidak.

"Oh, jadi lu udah gatel. Pengen kawin?" Rogayah menegaskan maksud Bang Thamrin yang hanya dijawab menganggukan kepala.

Soal beginian, bagi Rogayah bikin semangat. Apa lagi yang diminta adiknya itu untuk membuka pintu, sebagai langkah awal melanjutkan pembicaraan ke tahap pernikahan. Jadi, kunjungan pertama itu adalah memperkenalkan diri, silaturahim dan meminta kesediaan Fitri sebagai calon isteri Bang Thamrin.

"Aye, maunya, ingin dapat kabar iya atau tidak. Mau atau tidak jadi isteri aye mpok," Thamrin sambil memohon. Dan ia kemudian mengucap salam, ngacir dari kediaman Rogayah.

Bang Thamrin mencari akal untuk menghadapi si Bowo kalau saja sudah dapat jawaban dari Fitri. Diharapkan jawaban gadis manis asal Boyolali itu tidak melukai perasaannya. Namun hati panas Bang Thamrin masih berada di ujung kepala. Ia tengah dibakar cemburu setelah mendapat laporan dari Bogel. Padahal, Bowo tak punya minat sama Fitri. Kalaupun berjumpa di pangkalan ojek, itu sebatas minum jamu. Nggak ada urusan asmara antara tukang ojek dan tukang jamu di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun