"Kentang sepikul, lu nantang gue pukul".
"Itu prinsip. Kalo ada nyang nantangin jangan ditolak. Apa lagi kalo orangnya mau merebut Fitri," ungkap Bang Thamrin kepada para pengojek yang tengah berkumpul di kawasan Ceger.
Sudah dua hari Bang Thamrin sering wara-wiri ke pangkalan ojek. Golok pemberian mamangnya, Toha selalu diselipkan di pinggang, sedikit terlihat dari balik baju. Cincin dari Pak Kiai Damin, ulama beken dari  Banten, selalu dikenakan di jari manis tangan kanan. Warnanya merah, diikat perak. Tak terlalu besar sih bentuknya. Cuma sebesar biji gundu.
Bisa jadi dengan cincin itu, kalau ada orang yang kepalanya kena tonjok Bang Thamrin bisa benjol. Malah mungkin bengkak seperti bak pau.
Para pengojek sering mempertanyakan mengapa Bang Thamrin sekarang ini telihat cemas. Kadang nampak emosional jika diajak ngobrol. Selidik punya selidik, ternyata Bang Thamrin uring-uringan lantaran sudah semingguan nggak pernah ketemu Fitri Dewi, tukang jamu gendong yang menempati rumah kontrakan di Gang Temun.
Dari pembicaraan orang sekampung, Bang Thamrin mengaku-ngaku sebagai pacarnya. Tapi Fitri sendiri mengaku belum punya ikatan, masih menjadi perempuan bebas tanpa ikatan dengan lelaki mana pun. Sejak perempuan itu datang ke kawasan Ceger, daerah pinggiran Betawi, Fitri menjalani profesi sebagai tukang jamu sesuai dengan keahliannya yang dibawa dari desa di Boyolali.
Kebetulan ia selama sepekan tak berdagang jamu. Pasalnya, ia harus membantu kakaknya, Fatiem yang tinggal di lain gang. Gang Renum, hanya berjarak 300 meter dari rumah kontrakannya. Kakak-beradik perempuan itu punya profesi berbeda, Fitri sebagai tukang jamu gendung sedangkan Fatiem bersama sang suami, Wijo, sebagai tukang ba'so.
Belakangan Bang Thamrin baru tahu dari tukang ojek bahwa Fitri tengah berada di Gang Renum, rumah kontrakan kakaknya Fatiem. Maka, legalah perasaan Bang Thamrin sekarang. Pokoknya, sudah ada kabar dimana Fitri berada sekarang.
"Gue selempang, khawatir kenapa-kenapa!"
Bang Bogel yang mendengar jawaban Bang Thamrin seperti itu makin yakin bahwa perempuan itu sudah ditek. Sudah dipagerin. Fitri sudah berada di bawah kekuasaan Bang Thamrin.
"Jadi, aman sekarang yang bang," kata Bogel dalam suatu obrolan di bale pangkalan ojek.