Tidak disangka, Yogyakarta menyimpan pesona indah dan ke depan bakal "meledak" menjadi objek wisata menarik. Yogyakarta sendiri memang sudah 'beken' dengan wisata sejarah dan kulinernya yang - ehemm - murah plus biaya hidup, dan kini ditambah lagi dengan destinasi wisata tergolong baru.
Di kalangan wisatawan, Â destinasi wisata dimaksud adalah Pule Payung. Objek wisata alam di kawasan Kulonprogo ini diyakini akan berkembang pesat ke depan. Keyakinan itu setidaknya mengemuka dari dalam hati penulis kala bertandang pertama kali ke kawasan itu.
Boleh jadi anak zaman now menjuluki tempat wisata Pule Puyang Kulonprogo sebagai destinasi kece banget, keren dan cakep. Karena itu, seiring makin membaiknya kunjungan wisatawan ke Yogyakarta, dapat diyakini akan memberi efek bagi peningkatan kedatangan turis mancanegara ke Pule Puyang.
Tempat wisata Pule Payung ini memang tepat kalanagan wisata Indonesia, mancanegara pada saat libur akhir tahun dan tahun baru. Terlebih lagi, jika New Yogyakarta International Airport, -- disebut juga Bandar Udara Internasional Yogyakarta atau Bandar Udara Kulon Progo, -- selesai pekerjaannya, maka akan memberi dampak positif pada kemudahan kedatangan wisatawan ke Pule Puyang.
Asal usul sebutan Pule Payung, kata orang setempat, berasal dari nama lokasi bukit itu sendiri. Pada ketinggian bukit sekitar 700 MDPL tumbuh pohon Pule yang bentuknya menyerupai payung. Nah, dari ketinggian itulah para wisatawan alam dapat menuju  spot-spot foto yang lebih mudah karena hanya berjalan kaki menaiki bukit.
Ketika penulis berkunjung ke lokasi itu bersama sejumlah rekan dari alumni Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta (FH'20 Usakti) belum lama ini, pemandu wisata memberi penjelasan bahwa Pule Payung Kulonprogo berada di Dusun Suropati, desa Hargotirto, Kecamatan Kulonprogi, Yogyakarta.
**
Heboh! Begitulah kalau sesama rekan alumni tengah berkumpul. Meski usia di antara mereka sudah berada di atas kepala enam, hal itu bukan berarti tidak memiliki semangat untuk berwisata alam ke Pule Payung. Kala masih berada di kaki bukit, mereka berebut naik Jeep. Berebut ingin berada di pancak lebih awal, padahal menuju kawasan itu dibutuhkan ekstra hati-hati. Pasalnya, jalannya sempit. Kala datang mobil turun, tak ada pilihan selain memperlambat kendaraan.
Mengapa mereka harus berebutan ke atas. Hal itu boleh jadi karena di antara peserta Pegipegiyuk dan JelajahiIndonesiamu sudah ada yang mendengar informasi akan keindahan Pule Payung. Jadi, mumpung cuaca cerah, mereka ingin buru-buru menikmati eksotisme pemandangan alam.
Bagi anak generasi zaman now, sangat disayangkan jika permainan tersedia di lokasi itu tidak dimanfaatkan. Apa lagi para penggemar swafoto atau foto narsis (selfie) Â tersedia di Pule Payung. Mau pilih dari atas, membidik sasaran dari bawah pun bisa. Pokoknya, keren!
Penulis bersyukur, suasana cerita dan tawa mewarnai para anggota FH'20 Usakti. Mereka baru saja tiba di Bandara Adi Sucipto untuk melanjutkan perjalanan ke pusat rekreasi Bukit Pale Payung. Sementara itu Ketua FH'20 Usakti, Rudi Haris datang bersama seorang rekannya dari Bandung dengan motor gede (Moge). Sebagian lainnya yang menumpang kereta api langsung bergabung di titik kumpul Bandara Adi Sucipto.
Usia tua memang bukan hambatan untuk membagi keceriaan. Â Seperti biasa, di antara percakapan mereka kadang diselingi permintaan swafoto. Lalu, lempar senyum disusul peluk cium rasa rindu dengan menanyai kabar kesehatan masing-masing.
Ya, kesehatan. Soal kesehatan itu paling sering ditanyai. Bukan harta benda yang mereka miliki. Bukan pula tentang jabatan dan karir mereka. Bisa jadi, karena kesehatan merupakan investasi bagi manusia dalam mendedikasikan diri untuk dapat hidup bermanfaat. Dengan sehat, kita bisa berbuat yang terbaik. Tepatnya dapat memancarkan dan menebarkan energi positif.
**
Diam-diam, di antara para peserta tour FH'20 Usakti menaruh harapan besar terhadap pusat rekreasi Bukit Pule Payung.
Mengapa, ya?
Ini tidak lain karena rekreasi Bukit Pule Payung di seputar Waduk Sermo itu hadir  atas inisiatif warga. Dugaan penulis, lahan kawasan tersebut milik Perum Perhutani, lalu inisiatif warga dapat dukungan dari Pemda DI Yogyakarta.
Untuk urusan perizinan, birokrasinya tidak berbelit. Itu yang menggembirakan, ungkap seorang pemandu wisata. Karena itu, objek wisata alam ini belakangan makin menarik minat wisatawan domistik dan mancanegara. Di situ teredia Flying fox, sepeda langit dan objek foto dengan latar belakang waduk itu sendiri.
Indah dipandang mata sambil merasakan betapa besar nikmat manusia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Meski kawasan objek Wisata Bukit Pule Payung - yang namanya belum terlalu populer dan dikelola para petani setempat - ke depan diharapkan dapat ditangani secara profesional.
Kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan wisata mutlak dilakukan. Sangat disayangkan keindahan alam jika hanya dapat dinikmati sebagian orang. Diharapkan, dengan keindahan itu dapat membawa umat lebih mensyukurinya atas karunia yang diberikan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H