Singa - yang  dilafalkan qaswarah - hanya sekali disebut dalam Alquran (Surat  al-Maddassir/74:51. Di sini singa dikisahkan menakuti keledai sehingga lari tunggang langgang. Keduanya dijadikan perumpamaan keadaan manusia ketika hari kiamat tiba.
Singa dikisahkan sebagai matafor dari keberanian, kepahlawanan, maupun keadaan gawat. Kita pun tahu bahwa singa (panthera leon) adalah satu dari empat kucing besar yang ada di marga panthera. Ia punya berat badan mencapai 250 kg pada singa jantan. Untuk jenis ini adalah yang terberat setelah harimau.
Binatang ini masih banyak dijumpai di sub-Sahara di Afrika dan beberapa bagian Asia. Dan, singa juga berdiam di Afrika Utara dan Barat. Singa juga menyebar luas di berbagai belahan dunia, dijumpai di Eurasia, Eropa sampai India, dan Amerika (Yukon sampai Peru). Singa bisa mencapai usia 10-14 tahun di alam liar dan 20 tahun di tempat pemeliharaan.
Singa lebih suka hidup berkelompok terdiri dari anakan, singa muda, singa betina dan beberapa singa jantan. Singa betina secara bersama-sama berperan sebagai pemburu utama. Singa utamanya memangsa mamalia besar yang masih hidup, jarang memakan bangkai.
Sekitar adad 17 singa banyak diadu dengan hewan lain, terutama anjing. Lalu dilarang di Vienna dan Inggeris sekitar tahun 1825. Tapi ada pula yang memanfaatkan sebagai sirkus dengan terlebih dahulu dijinakan.
Tapi, dalam perkembangan selanjutnya, singa dijadikan simbol dalam berbagai kebudayaan manusia, terutama di Afrika, Eropa hingga Asia meski banyak manusia tewas karena ulah binatang ini.
Singa memperoleh kedudukan tinggi dan mempresentasikan kekuatan, keberanian, kebangsawanan. Makanya, singa pun disebut sebagai "raja" hutan.
Pernah terdengar cerita ukiran singa pada gading ditemukan pada gua Chuvet, Perancis, yang diperkirakan dilukis pada 32 ribu tahun lalu. Sementara di Mesir singa betina dijadikan lambang perang. Kemudian yang paling terkenal sebagai penjaga makam berupa sphinx. Sementara Yunani Kuno dan Romawi menggunakan singa nemean sebagai simbol zodiak leo.
Singa juga menjadi simbol kota Yurisalem dan Kerajaan Judah. Masyarkaat Turki dan Mongol sangat mengenal singa dan mempunyai nama khusus untuk hewan ini. Dalam agama Hindu, singa digambarkan sebagai titisan Wisnu muncul dengan nama Narashima.
Pada masa Babylonia, Dewi Ishthar digambarkan mengendari kereta perang yang ditarik oleh tujuh ekor singa jantan. Penguasa Irak, Saddam Husein, mengadopsi sejarah dan menemai tank buatan Iran berteknologi Rusia "Lion of Babylonia". Â Â Sphinx juga dikenal di Mesopotamia dan Persia.
Belakangan, Sphinx menjadi representasi Firaun. Dan Singa Asia juga banyak muncul dalan naskah Cina, dan dimulai pada 40-500 tahun SM. Singa sangat populer pada Dinasti Han (206-220). Â Singa ditempatkan sebagai penjaga pintu masuk istana. Sampai saat ini tarian singa (barongsai) masih terus dilestarikan dalam menyambut perayaan tahun baru Cina.
Singa juga muncul dalam beberapa bagian kitab suci umat Kristiani, seperti dalam kitab Daniel yang mengisahkan bagaimana Daniel dimasukkan ke sarang singa dan secara ajaib dapat selamat. Dalam kitab itu juga dikisahkan bagaimana Samson dapat membunuh Singa dengan tangan kosong.
Dalam sejarah Islam dikenal seorang yang digelari masyarakat sebagai Singa Islam. Dialah Ali bin Abi Talib, pria yang dikenal dengan keberaniannya dalam berbagai peperangan, di antaranya Perang Badar dan Perang Uhud. Ali bin Abi Talib adalah sepupu sekaligus memantu Nabi Muhammad yang sangat disayangi. Ali meninggal pada tahun 40 H akibat ditusuk saat menunaikan shalat di Masjid Kufah, Irak.
Di Indonesia, singa tampil dalam budaya Sunda, seperti sisingaan. Etnis lainnya di nusantara ini juga menjadikan singa sebagai simbol tertentu.
Bagi masyarakat Arab, singa memiliki takwil sendiri bila hadir dalam mimpi. Singa merepresentasikan seorang penguasa yang kejam dan zalim, kematian, kesembuhan, atau warisan.
Di tanah air, Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno dikenal singa podium. Beberapa pejuang lainnya juga punya julukan serupa. Dan, memang terbukti, Â julukan singa podium kepada Soekarno menggugah semangat juang.
Di tahun politik sekarang ini, elit politik diklaim oleh pengikutnya sebagai singa podium. Tapi jangan lupa di antara tokoh politik itu berubah tingkah bagai anak kucing tengah mengeong kala menghadapi perempuan cantik. Bermain di belakang panggung dan tidak mengindahkan etika beragama.
Ada pula singa podium tertarik dengan kebohongan seorang nenek.  Ia jadi korban karena ikut diperdaya dan dipermalukan. Dan,  ketika dipanggil polisi, juga mengeong-ngeong seperti anak kucing memanggil rekannya untuk berkumpul mendampinginya. Ini wajar. Manusiawi. Sebab,  kala memerintah, ia bertangan besi dan  tak ada yang bisa membantah. Kala terjepit saat "krisis" jelang kejatuhan minta dukungan.
Sumber bacaan satu dan dua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H