"Orang Betawi bilang, muke om dan tante jadi semringah," ujarnya.
**
Ketika bepergian keluar kota, penulis meluangkan waktu mengamati fenomena pengamen. Mulai pengamen tradisonal, pop, dangdut dan lagu daerah. Bahkan pengamen multi talenta, mampu membawakan lagu pop, dangdut, lagu daerah hingga Barat tak luput dari pengamatan.
Di Yogyakarta, anda dapat saksikan setiap malam banyak pengamen menghibur penggemar kuliner di tepi jalan.Â
Sungguh, kita seolah terbawa dalam suasana riang. Makan malam, dengan gudeg, makin terasa nikmat. Tak terasa, nasi di bakul minta ditambah.
Dengan musik pula pesan moral dapat disampaikan. Pesan perjuangan bisa disebarluaskan dan pesan pemberantasan narkoba --bahkan memerangi korupsi pun-- bisa melalui musik.
Boleh jadi pengamen hadir di Jalan Malioboro itu sudah puluhan tahun  dengan segala pesan moralnya. Boleh jadi pula di antara pengamen itu sudah ada di antaranya menjadi penyanyi kondang. Hanya saja penulis tak tahu. Tapi yang jelas, memang lagu-lagu yang dibawakan sungguh menghibur.
Masih di Yogyakarta. Belum lama ini penulis menjumpai seorang pengamen wanita - multi talenta - bernyanyi dengan gitarnya. Ia dibantu dua musisi pria di belakangnya. Pengamen yang hadir di rumah makan gudeg, Bulaksumur itu, mampu memikat pengunjung hingga ikut berjoget. Kala diminta untuk membawakan lagu daerah (Batak dll), ia pun mahir. Demikian juga beberapa lagu Barat.
Di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, penulis menjumpai anak-anak muda mengmen. Mereka tak malu-malu mendatangi rumah-rumah penduduk. Mereka mendapat sambutan meski uang yang didapat tentu tidak terlalu menggembirakan. Tapi, bisalah untuk makan bersama di siang hari.