Mereka saling 'ngotot' mempertahankan argumentasinya masing-masing. Padahal, dalam panduan diarahkan untuk mengambil nafar awal. Sebab, petugas diharapkan segera membuat laporan liputannya. Bisa saja sih mereka mengambil nafar atau sanni. Tapi, kan repot bekerja sambil mengenakan kain ihram.
Nafar menurut bahasa adalah rombongan. Yang dimaksud rombongan di sini adalah keberangkatan Jamaah Haji meninggalkan Minna pada hari Tasyriq menuju Mekkah. Perbedaan nafar awal dan nafar tsani sesungguhnya tidak terlalu mencolok, hanya berbeda pada lamanya melontar jumrah dan mabit di Mina.
Bagi jemaah yang melaksanakan nafar awal, mereka melontar pada tanggal 10, 11 dan 12 Dzulhijah. Sedangkan yang mengambil nafar tsani, mereka melontar pada 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijah. Syaratnya untuk nafar awal di antaranya sudah harus meninggalkan Mina sebelum waktu maghrib pada 12 Dzulhijah.
Jamaah yang mengambil nafar awal punya alasan, punya keperluan mendesak. Karenanya mereka memperpendek ritual hajinya
Terpenting dalam ritual haji adalah wukuf. Tak sah seseorang hajinya bila tak wukuf. Namun ada hal penting yang harus diperhatikan usai wukuf di Arafah. Pada tanggal 10 Dzulhijah, jamaah haji pada malam harinya langsung bergeser ke Muzdalifah untuk prosesi mabit dan mengambil kerikil lontar jumrah. Dari sini jamaah haji memiliki opsi untuk langsung ke Masjidil Haram guna melaksanan tawaf ifadhah, sai dan tahalul kemudian pada 10 Dzulhijah baru melempar jumrah aqobah dan mabit di Mina, atau dari Muzdalifah ke Mina terlebih dulu untuk melaksanakan lempar jumrah aqobah lalu tahalul, sementara tawaf ifadhah dan sai dilaksanakan belakangan.
Kemenag, dari tahun ke tahun, memfasilitasi jamaah yang sakit untuk menyelesaikan rukun ibadah haji melalui fasilitas safari wukuf. Â
**
Hal lain yang kadang hati berubah dalam melaksanakan ibadah haji, wabil khusus saat puncak ritual ibadah haji, adalah menjaga suara hati. Kala hati tiba-tiba marah menyaksikan sesuatu peristiwa tidak berkenan, cepatlah meminta ampunan kepada Allah. Bisa jadi, saat itu yang bersangkutan tengah diuji ketetapan hati dalam beribadah.
Bisa pula mulut anda tidak terkontrol, ngoceh seorang diri atau memarahi teman, isteri, anak yang tengah mendampingi anda dalam perjalanan menuju tempat melontar. Bisa pula amarah anda cepat tersulut lantaran lingkungan saat itu dipenuhi manusia sedemikian banyak, satu sama lain punya kebutuhannya sendiri-sendiri dalam menyampaikan permohonannya kepada Sang Maha Pencipta.
Sementara di saat yang sama petugas PPIH tidak bisa memberi pelayanan optimal. Sebab, saat puncak haji, mobilitas mobil makin dibatasi. Petugas pun tak mungkin saat itu dapat memberikan pelayanan optimal karena perhatiannya pun terpecah-pecah ke berbagai tempat. Sayangnya, saat lalu lintas orang makin ramai, elite politik yang tengah menunaikan ibadah haji minta pelayanan melebih dari kemampuan petugas.
Disayangkan juga, kerap oknum elite dari Tanah Suci menyuarakan gambaran negatif tentang pelaksanaan ibadah haji di tengah pelaksanaan yang masih berlangsung. Seolah sudah mampu melakukan evaluasi hanya mendengarkan laporan sepihak. Biasanya, informasi macam itu ikut menyulut anggota jemaah haji yang tengah lelah menyelesaikan ritual pada puncak haji.