Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Spirit Haji dan Kemerdekaan RI

17 Agustus 2018   22:27 Diperbarui: 18 Agustus 2018   18:55 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, kala mereka mengenakan pakaian ihram. Dengan mengenakan pakaian tersebut ia sejatinya tengah menjalani proses simbolik, yaitu berlatih mati.

Ihram adalah bagian dari rukun haji yang tidak boleh ditinggalkan. Jika ditinggalkan, hajinya tidak sah. Rukun haji itu adalah ihram, wukuf di Arafah, thawaf ifadha, sa'i antara shafa dan marwah.

Nah, dalam berhaji juga ada yang wajib tidak boleh ditinggalkan. Jika ditinggalkan, maka yang bersangkutan harus membayar Dam (menyembelih kambing) dan hajinya tetap sah. Yang termasuk wajib dalam haji antara lain ihram dari miqat, wukuf di Arafah sampai matahari terbenam, bermalam (mabit) di Mina (11 dan 12 Dzulhijjah). Melempar jumrah pada hari-hari Tasyriq, tahalul, thawaf wada'.

Tentang ihram ini memang dalam berbagai literatur demikian banyak dikupas. Di sini penulis membatasi diri. Namun ada beberapa larangan ketika seseorang sudah mengenakan ihram. Di antaranya tidak dibolehkan menutup kepala bagi lelaki, menggunakan pakaian berjahit, diharamkan berburu, dilarang mencukur, memotong kuku. Setelah berihram dilarang menggunakan minyak wangi, dilarang nikah atau menikahkan, berhubungan suami-isteri dan masih banyak lagi.

Ketiga, bahwa ketika berada di Tanah Suci dalam menunaikan ibadah haji, seseorang sejatinya tengah dibersihkan hatinya sebagaimana harapan ia tatkala berangkat, banyak meminta ampunan. Di sana, permohonan ampunan itu makin ditingkatkan ketika shalat di Masjidil Haram. Dengan demikian, hati menjadi bersih. Tentu saja, melalui hati yang bersih, seseorang akan mengenal mana yang hak dan batil.

Kemerdekaan Indonesia, yang kini sudah dinikmati selama 73 tahun, sejatinya tidak dapat dilepaskan dari spirit haji. Lihat, dalam sejarah tercatat nama-nama pejuang Indonesia yang telah berhaji seperti Haji Agus Salim, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Ahmad Dahlan, Mohammad Hasjim Asy'arie, Idham Chalid dan sejumlah haji-haji lainnya.

Jadi, dalam sejarah kemerdekaan, peran orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji demikian besar kontribusinya bagi kemerdekaan RI.

Jika pada saat itu sering digaungkan 'hidup atau mati' dalam membela RI, maka sesungguhnya para pejuang tersebut sudah memiliki bekal berlatih mati. Sebab, sungguh orang yang hendak menunaikan ibadah haji itu sudah harus ikhlas meninggalkan berbagai hal yang menyangkut duniawi. Ia siap mati.

Hal itu bisa dilihat ketika hendak berangkat, ia minta doa dalam acara walimatus safar. Seluruh anggota keluarga hadir, termasuk tetangga dan teman-teman. Di situ, orang yang hendak berhaji bertanya dalam hati, apakah ia akan selamat dalam perjalanan itu atau Allah punya kehendak lain.

Sunggu, haji mabrur adalah ibadah utama dalam Islam. Ibadah ini sama dengan jihad dalam rangka menghapus dosa-dosa.

Kini, dalam perayaan HUT RI ke-73, kita berharap spirit haji dapat menjadi inspirasi sebagai penjaga moral bangsa. Tantangan para haji sekarang memang beda. Kalau dulu bersama memerangi kezaliman kolonial, sekarang adalah memerangi kebodohan, kemiskinan, korupsi dan kejahatan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun