Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Mengolah Kopi di Thamrin City

4 Juli 2018   22:58 Diperbarui: 4 Juli 2018   23:21 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kandarus tengah mengolah kopi dibantu rekannya di Gmari Kopi. Foto | Dokpri

Sungguh, jauh sebelum memesan kopi tadi, beberapa tahun silam penulis pernah merasakan minum kopi di Kabupaten Mandailing Natal,  Sumatera Utara. Ketika itu penulis tengah berkunjung ke Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Pondok ini terletak di kabupaten Mandailing Natal dan berlokasi di desa Purba Baru, Lembah Sorik Merapi, Mandailing Natal.

Nah, di situ, penulis menum kopi bersama para santri yang tinggal di pondokan rumah-rumah kecil terbuat dari kayu. Pagi hari, kami 'nongkrong' di warung kopi tepi sungai. Kopi disuguhkan di cangkir terbut dari tempurung kelapa. Untuk mengaduk kopi yang tercampur gula, penjual kopi menyediakan kayu manis sebagai alat mengaduk kopi. Jadi, ngaduk kopi tidak menggunakan sendok tetapi menggunakan kayu manis.

Meski ada perbedaan cara menyuguhkan kopi di Mandailing Natal dan kopi yang disuguhkan Kunradus, tapi aroma kopi khas Mandailing tetap melekat di hidung. Terlebih, kopi Gmari itu saya seruput tanpa tambahan gula. Rasa pahit yang kuat makin merangsang untuk menyeruput kopi itu berulang kali dalam kondisi hangat.

Penulis tak menduga Kandarus demikian ahli menyuguhkan kopi dengan tetap menjaga keasliannya. Biasanya, jika kopi disuguhkan dengan cara menyeduh seperti kebanyakan di warung kaki lima, dapat dapat dipastikan cara itu akan mengurangi kualitas rasa dan aroma dari kopi bersangkutan.

Dari mana Kandarus belajar mengolah kopi?

 Kandarus - yang biasa dipanggil Darus itu - bekerja di Gmari ditemani seorang rekannya. Ia mengaku sudah belajar ke beberapa ahli kopi. Tapi ia tak mau menyebut secara detail, namun yang jelas animo minum kopi Gmari Nusantara di lantai dua Gedung Tamcit itu kini tergolong 'lumayan'.

Lulusan Institut Ilmu-ilmu Sosial dan Politik (IISIP) Jakarta ini mengaku sudah setahun membuka Gmari Kopi Nusantara di situ. Meski ilmu yang digeluti sedikit nyebrang dari bidangnya, Darus tidak merasa gentar untuk membesarkan bisnisnya. Rejeki bisa diperoleh dan sudah ada yang mengatur. Di situ ada jalan, pintu rejeki terbuka. Itu barangkali yang mendorong Darus makin percaya diri dan mau berbagi ilmu tentang perkopian dengan penulis.

Peralatan pengolah kopi. Foto | Dokpri
Peralatan pengolah kopi. Foto | Dokpri
Kandarus dan penulis, foto bareng. Foto | Dokpri
Kandarus dan penulis, foto bareng. Foto | Dokpri
Harga secangkir kopi yang saya seruput tadi cuma Rp20 ribu. Tentu, tak mahal. Meski dibandrol murah, Darus itu tetap konsisten menjaga cita rasa kopi yang dijualnya.

Cita rasa bagi Darus adalah menjadi sesuatu yang mahal. Kepercayaan pelanggan akan citra rasa yang dinikmati di Gmari Kopi harus dipertahankan, sehingga pelanggan tidak lari. Dan, ia pun yakin menyeruput kopi di lingkungan kawasan bisnis seperti Thamcit akan mendatangkan inspirasi bagi pelanggan.

Minum kopi di Tanah Air kini sudah membudaya. Ia melihat itu dari tradisi turun menurun di lingkungan anggota keluarganya. Terlebih lagi dari hasil penelitian JAMA Internal Medicine, yang diterbitkan melalui jurnal ilmiahnya, disebut mengonsumsi Kopi Dapat Lindungi Jantung. Temuan baru,  mengonsumsi kopi dapat membuat hidup lebih lama.

Diperoleh penjelasan bahwa setelah para peneliti dari National Cancer Institute memeriksa 498.134 data kependudukan dan kesehatan warga Inggris, Skotlandia, dan Wales yang berusia antara 38 sampai 73 tahun. Orang yang minum dua sampai tiga cangkir kopi setiap hari memiliki 12 persen risiko kematian yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak minum kopi (Kompas.com, 3/7/2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun