Orang Melayu di Pontianak dan sekitarnya pasti berani mengatakan, hari raya Lebaran -- Idul Fitri -- jalannya akan berbelok arah jika warga setempat belum mempersiapkan kue lapis legit. Tanpa lapis legit, warga setempat secara sepihak sering menyebut lebaran bisa saja batal karena tak memiliki makna bahkan dipastikan akan terasa hambar.
Tentu saja pernyataan di atas terasa berlebihan. Toh, mana mungkin umat Islam dapat membatalkan Lebaran yang datangnya sudah dapat dipastikan melalui sidang Isbat setiap tahun itu. Namun yang jelas adalah lapis legit bagi warga di daerah Kalimantan Barat (Kalbar) adalah ciri khas dan harus hadir di setiap rumah tangga, selain ketupat, opor ayam dan makanan lain yang disajikan dalam satu kelompok di meja khusus.
Kini, penulis yang sudah meninggalkan kota Pontianak beberapa tahun dan masih merindukan suasana lebaran di kota 'hantu' namun menyenangkan. Boleh jadi hal itu karena pernah mengonsumsi  'aek' sungai Kapuas. Kata warga setempat, jika sudah minum air sungai yang membelah kota itu dapat dipastikan punya ikatan emosional dan kedekatan demikian erat.
Merasakan suasana lebaran hampir delapan tahun di kota itu tentu saja sukar dilupakan. Shalat lima waktu di Masjid Kraton Kadariyah dan Amantubillah, Mempawah, merupakan kenangan sulit terlupakan. Tentu saja kue lapis legitnya.
Merasa penasaran dengan kue tersebut, penulis memboyong alat-alat masak ke Jakarta. Open pembakar dibeli. Sayang, kabel listriknya sering putus karena sangat tipis. Mau cari penggantinya di Jakarta tak ada yang menjual untuk ukuran serupa.
- 1 kaleng Mentega Segitiga
- 30 btr Kuning Telur
- 250 gr Gula Halus
- 2 sachet Susu Kental Manis
- 3 Skm Tepung Terigu
- Loyang 18x18
Langkah
- (Adonan 1) Kocok Mentega dan Susu kental manis kurang lebih 15menit.
- Sambil menunggu pisahkan putih telur dari kuning telur(harus sampai benar2 bersih dr putih telur)
- (adonan 2) Sesudah kuning telur siap campurkan Gula halus dan kocok kurang lebih 15menit.
- Setelah smua adonan sudah siap, campur adonan 1 ke adonan 2 secara bertahap/sedikit2 sampai habis. Boleh menggunakan mixer dgn speed sedang.
- Terakhir masukan tepung terigu.
- Panggang menggunakan oven listrik panaskan api bawah dulu setelah panas masukan loyang beri adonan (5 sdk makan/lapisan) setelah mateng ganti api atas.. Panggang sampai adonan habis..
(cookpad.com)
Jika melihat materi di atas, seperti  kuning telur yang demikian banyak, dapat dibayangkan bagaimana lezatnya kue tersebut. Wuih.... setiap kali mendatangi rumah teman dapat dipastikan harus mencicipi. Jika tidak, bisa kena tulah.
Menariknya, dulu, ketika anda bertandang lebaran ke tetangga terdekat ataupun rekan yang domisilinya masih dapat dijangkau, kunjungan anda akan mendapat balasan. Artinya, orang yang pernah didatangi kembali mendatangi ke kediaman anda.
Sedikit rada repot memang. Tapi nilai silaturahimnya terasa demikian kuat. Belum lagi menyaksikan makanan yang terhidang dalam satu meja, tersedia minuman kaleng bersoda, minuman dingin hingga hangat pun tersaji. Belum lagi di hari pertama lebaran, kue buatan lokal melimpah.
Di Pontianak, Lebaran identik dengan bebunyian dan kemeriahan. Tradisi ini sudah berakar. Dan di kota ini pula masyarakat menyalakan merian karbit yang dibuat dari kayu berdiameter 30 sentimeter yang dinyalakan di tepian sungai Kapuas. Masyarakat di sini mengakui bahwa tradisi itu sudah dilakukan sejak dua abad silam.
Usai berlebaran dengan kerabat terdekat dan tetangga, tentu hari libur dimanfaatkan untuk mengunjungi kawasan wisata seperti Pulau Temajo, Pantai Kijing dan Alun-Alun Kapuas dan beberapa objek wisata lainnya. Menyenagkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H