Bukan itu saja, Ibu Wati juga sesekali berkeliling ke beberapa rumah dibantu rekan-rekannya selama Ramadhan ini. Pada kesempatan itu ia menyampaikan  informasi secara komprehensif tentang cara memanfaatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), termasuk pemanfaatan akan pentingnya memiliki kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Kesadaran pendidikan dan kesehatan di lingkungan masyarakat memang masih rendah. Padahal kemudahan sudah diberikan oleh pemerintah, ungkap Ibu Wati.
Karenanya, Ibu Wati dengan kesadarannya pula terus bergerak dari satu titik ke titik lain. Tujuannya, semata-mata memberi manfaat bagi orang banyak. Sesendok garam memang tidak ada artinya dibanding  satu gram emas, tetapi ia telah memberi arti akan cita rasa bagi orang lain.
Ketika panggilan tugas dari ketua RW, ia bergegas datang. Lantas, pada Jumat petang, penulis menyaksikan ia tengah membawa puluhan kotak bingkisan THR untuk disalurkan kepada para petugas tingkat RT hingga RW.Â
Mewakafkan kesibukan dan bekerja untuk orang banyak bagi Ibu Wati akan terasa bermanfaat bila orang yang ditolong merasa senang. Itulah tujuan hidupnya. Namun  ia menyadari  keterbatasan yang dimiliki tidak mungkin dapat memuaskan semua pihak.
"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya." (Surah Yasin, ayat 40).
Catatan ini juga ditayangkan di microsite Allianz https://kadoumroh.allianz.co.id/. Anda bisa ikut membagikan kisah inspiratif pada link ini dengan menggunakan hashtag #KadoUmrohAllianzKompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H