Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Robo-robo, Ritual Silaturahim Etnis Melayu di Kalimantan Barat

18 Mei 2018   21:11 Diperbarui: 23 Mei 2018   20:32 3095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, pesta adat Melayu Robo-Robo tengah digelar di kota Mempawah, Kalbar. Foto | goodnewsfromindonesia.id

Apalagi pada masa pemerintahannya, Habib Husein Alkadri, mantan hakim agama di kerajaan Matan, pindah ke Kesultanan Mempawah. Maka, orang pun kemudian berbondong-bondong datang ke Mempawah tidak hanyak untuk melakukan kontak dagang atau kontrak politik, tapi juga untuk mempelajari dan mendalami agama Islam.

Istana Amantubillah dibangun pada masa pemerintahan Gusti Jamiril bergelar Panembahan Adi wijaya Kesuma (1761-1787), sultan ke-3 kesultanan Mempawah. Pada tahun 1880 M, istana Amantubillah mengalami kebakaran ketika diperintah oleh Gusti Ibrahim bergelar Panembahan Ibrahim Mohammad Syauddin (1864-1892), sultan ke-9 Kesultanan Mempawah.

Renovasi terhadap bangunan Istana Amantubillah kemudian dilakukan hingga Istana Amantubillah dapat berdiri kembali pada tanggal 2 November 1922 ketika diperintah oleh Gusti Muhammad Tauk Accamaddin (1902-1943), sultan ke-11 Kesultanan Mempawah.

Kerabat keraton ini memiliki pertalian kuat dengan Kesultanan Kadriyah Pontianak, yang didirikan pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Ia adalah seorang putra ulama keturunan Arab Hadramaut dari Kerajaan Mempawah. Pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) ia membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar.

Di Mempawah dan Pontianak, penulis mengenal beberapa tokoh dari kedua keraton tersebut. Berbagai peninggalan benda bersejarah --yang jarang diperlihatkan ke publik seperti keris dan benda pusaka lainnya-- dapat dilihat langsung. Itulah untungnya menjaga silaturahim.

Seperti juga acara keagamaan lainnya, usai perayaan Robo-Robo disusul doa tolak bala dan doa keselamatan bagi masyarakat setempat. Terakhir dilanjutkan dengan ziarah napak tilas, dengan maksud mengenang kembali jasa pendiri Kerajaan Mempawah, Opu Daeng Manambon.

Kini "zaman now" dan perubahan demikian menyolok antargenerasi. Namun kita patut bersyukur, warga Kalbar masih memegang adat Melayu.

Catata: sumber bacaan satu, dua dan catatan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun